HAJI : HArokah Al Jundiyyah Al Islaamiyyah Li Al Aqshoo, Ini Misi yang Tersirat Dari Haji

[Q.S. Al An’aam : 162 ]

3. HAJI

HArus dengan Jiwa yang Ikhlas, yaitu selain niat hanya karena untuk Alloh SWT semata juga harus dibekali atau disertai sepenuhnya berserah diri kepada Alloh SWT dengan mentaati semua aturan yang telah ditentukan oleh Alloh SWT yaitu benar-benar TAQWA kepadaNya.

Dan TAQWA ini adalah bekal terbaik, seperti yang dinyatakan didalam Al Qur’aan,

ٱلْحَجُّ أَشْهُرٌ مَّعْلُومَٰتٌ ۚ فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ ٱلْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِى ٱلْحَجِّ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا۟ مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ ٱللَّهُ ۗ وَتَزَوَّدُوا۟ فَإِنَّ خَيْرَ ٱلزَّادِ ٱلتَّقْوَىٰ ۚ وَٱتَّقُونِ يَٰٓأُو۟لِى ٱلْأَلْبَٰبِ

“(Musim) HAJI adalah beberapa bulan yang dimaklumi, barangsiapa yang menetapkan niatnya dalam bulan itu akan mengerjakan haji, maka tidak boleh rafats, berbuat fasik dan berbantah-bantahan di dalam masa mengerjakan haji. Dan apa yang kamu kerjakan berupa kebaikan, niscaya Alloh mengetahuinya. Berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah TAQWA dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.”
[Q.S. Al Baqoroh : 197]

Bentuk ikhlas adalah sepenuhnya mau tunduk kepada aturan Alloh SWT atau TAQWA.

4. HAJI

HArganya adalah JIhad jika dapat meraih nilai mabrur, seperti yang dijelaskan didalam hadits-hadits berikut,

Dari Abu Huroiroh rodhiyallohu ‘anhu, ia berkata,

سُئِلَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – أَىُّ الأَعْمَالِ أَفْضَلُ قَالَ « إِيمَانٌ بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ » . قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ « جِهَادٌ فِى سَبِيلِ اللَّهِ » . قِيلَ ثُمَّ مَاذَا قَالَ « حَجٌّ مَبْرُورٌ »

“Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Amalan apa yang paling afdhol?” Beliau shollallohu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Beriman kepada Alloh dan Rosul-Nya.” Ada yang bertanya lagi, “Kemudian apa lagi?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Jihad di jalan Alloh.” Ada yang bertanya kembali, “Kemudian apa lagi?” “Haji mabrur”, jawab Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam.”
[HR. Bukhari no. 1519]

Dari ‘Aisyah—’Ummul Mu’minin—rodhiyallohu ‘anha, ia berkata,

يَا رَسُولَ اللَّهِ ، نَرَى الْجِهَادَ أَفْضَلَ الْعَمَلِ ، أَفَلاَ نُجَاهِدُ قَالَ « لاَ ، لَكِنَّ أَفْضَلَ الْجِهَادِ حَجٌّ مَبْرُورٌ »

“Wahai Rosuululloh, kami memandang bahwa jihad adalah amalan yang paling afdhol. Apakah berarti kami harus berjihad?” “Tidak. Jihad yang paling utama (afdhol) adalah HAJI mabrur”, jawab Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam.”
[HR. Bukhari no. 1520]

Dari Abu Huroiroh, ia berkata bahwa ia mendengar Nabi Muhammad SAW shollalloohu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ حَجَّ لِلَّهِ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ

““Siapa yang berHAJI ke Ka’bah lalu tidak berkata-kata seronok/ rofats dan tidak berbuat kefasikan maka dia pulang ke negerinya sebagaimana ketika dilahirkan oleh ibunya.”
[HR. Bukhari no. 1521].

Pantas jika disebutkan setara dengan jihad karena ibadah HAJI adalah ibadah yang melibatkan semua potensi diri, di waktu dan tempat yang telah ditentukan yang harus diupayakan dengan segenap kemampuan dan sungguh-sungguh ( mujahadah ), yang harus diraih dengan adanya ikhtiar atau pergerakan/ harokah yang tak kenal lelah.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan