Hilman menjelaskan, pihak pemerintah sudah memberikan dorongan terkait realisasi TOD Tegalluar, dengan memberikan feeder kereta cepat.
“Termasuk kita sudah bekerjasama dengan Damri, pihak Damri bersedia menyediakan layanan dari Stasiun Tegalluar ke Stasiun Bandung,” jelasnya.
Hilman menambahkan, pihak Damri pun juga telah mengajukan kepada Dishub Kabupaten Bandung, untuk menyediakan layanan dari Stasiun Tegalluar ke wilayah Soreang.
“Jadi memang hak sadvis teknis sudah kami keluarkan juga dengan pihak Damri. Tentang angkutan umum, kami terus berupaya menyediakan,” imbuhnya.
“Apalagi operator-operator sudah siap mengisi layanan tersebut, kita sangat senang supaya ada operasional berjalan,” tukas Hilman.
BACA JUGA: Jelang Idul Adha, Dispernakan KBB Siapkan Puluhan Tim Kesehatan Hewan
Sementara itu, Pengamat Transportasi sekaligus Wakil Ketua Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno menuturkan, saat ini sisi lain dari megahnya Stasiun Tegalluar yakni belum maksimalnya fasilitas kendaraan publik, untuk menunjang akses warga agar lebih mudah.
“Harus ada angkutan umum modern seperti Trans Jakarta. Dari Tegalluar masa gak ada angkutan umumnya,” tuturnya kepada Jabar Ekspres melalui seluler.
Djoko mengungkapkan, akibat minimnya pemanfaatan fasilitas transportasi umum, maka persoalan kemacetan yang jadi faktor utama.
“Jalur yang dapat menghubungkan ke sejumlah daerah, seperti Bandung bagian Timur tepatnya di Bundaran Cibiru-Cileunyi, yang notabene merupakan jalan perbatasan Kota dan Kabupaten Bandung, sudah selayaknya difasilitasi transportasi umum yang lengkap,” ungkapnya.
Mengingat saat ini Bandung Timur sudah semakin berkembang infrastrukturnya, seperti telah beroperasi Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) hingga Stasiun Tegalluar, Kereta Cepat Whoosh tentu semakin berdampak terhadap arus lalu lintas.
“Jadi di wilayah Bandung Raya, termasuk Kabupaten Bandung itu layanan angkutan umumnya sangat kurang, daerah kosong itu. Di sana memang kurang angkutan umum,” pungkas Djoko. (Bas)