Industri Fesyen Gagas Solusi Lawan Emisi Karbon

JABAR EKSPRES – Industri fesyen, selama ini dikenal sebagai salah satu penyumbang masalah lingkungan terbesar di dunia, kini mulai memperlihatkan langkah-langkah nyata dalam menanggulangi dampak negatifnya. Daur ulang menjadi mantra baru dalam menaklukkan masalah emisi karbon yang mengancam bumi kita.

Menurut laporan UNFCCC, industri fesyen dan garmen secara global telah berkontribusi sekitar 10 persen dari total emisi karbon di dunia. Namun, harapan muncul dari upaya-upaya terobosan yang dilakukan oleh beberapa pelaku industri, di antaranya adalah Clothing for Contemporary Life (CFCL), yang dipimpin oleh pendirinya, Yusuke Takahashi.

Melansir dari berbagai sumber Takahashi menjelaskan bahwa pihaknya telah mengadopsi pola pikir berkelanjutan dengan mengintegrasikan daur ulang dalam seluruh rantai produksinya. Langkah ini tidak hanya menjadi solusi bagi masalah emisi karbon, tetapi juga membuka jalan menuju gaya hidup yang lebih ramah lingkungan.

CFCL telah sukses memperoleh sertifikasi B Corp, sebuah penghargaan bergengsi di industri fesyen yang menilai dampak sosial dan lingkungan dari suatu brand. Dengan komitmen yang kuat, Takahashi memimpin perusahaan untuk terus berinovasi dan menantang diri sendiri dalam menciptakan pakaian-pakaian yang tidak hanya modis, tetapi juga ramah lingkungan.

Salah satu karya terbaru dari CFCL adalah koleksi “Knitware Cadence”, yang berhasil menyatukan elemen-elemen sporty, formal, dan streetwear secara harmonis. Yang mengejutkan adalah bahwa setiap item dalam koleksi tersebut dibuat dari bahan daur ulang plastik, seperti botol air mineral.

Tidak hanya itu, Takahashi juga memperlihatkan dengan bangga bahwa penggunaan poliester daur ulang telah berhasil mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 70 persen dalam proses pengadaan bahan mentah. Bahkan, untuk beberapa item seperti jas dan celana panjang, perubahan dari poliester murni ke poliester daur ulang telah menurunkan persentase emisi hingga lebih dari 10 persen.

Namun, meskipun semangat “eco-fashion” semakin merebak, Takahashi mengakui bahwa tantangan besar masih menghadang. Teknisitas dalam proses produksi dan investasi awal yang besar menjadi kendala utama yang dihadapi oleh industri fesyen yang ingin beralih ke pola pikir berkelanjutan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan