Pasar Antik Cikapundung Kota Bandung masih eksis.
Hendrik Muchlison, Jabar Ekspres
Pengunjung seakan masuk ke mesin waktu dan di bawa ke era tempo dulu ketika berada di pasar itu. Karena, ribuan barang vintage dapat dijumpai di pasar yang berada di Jalan ABC Blok U-1, Sumur Bandung itu.
Lokasinya tepat di lantai 3 gedung Cikapundung Elektronic Center. Gedung itu juga tidak jauh dari Jalan Braga Kota Bandung. Ataupun Gedung Merdeka yang cukup ikonik.
Tepat di lantai 3, puluhan kios gedung itu penuh dengan koleksi aneka barang kuno atau vintage. Mulai dari uang kuno, guci, mangkuk, mesin ketik, cangkir, gelas, mainan, piringan hitam, televisi, radio, lukisan, arloji, kaset pita, hingga kamera jadul.
Pengunjung akan terasa masuk ke mesin waktu ketika menelusuri lorong kios – kios tersebut. Betapa tidak, kanan kiri kios yang dilewati penuh dengan berbagai koleksi barang kuno.
Pengunjung dapat untuk sekedar jalan – jalan di pasar itu guna mengobati rasa rindu atau bernostalgia dengan tempo dulu. Tetapi yang namanya pasar, pengunjung juga bisa membeli barang – barang tersebut.
Masing – masing kios juga menyediakan tempat duduk yang nyaman bagi pengunjung. Tempat itu bisa untuk memilah atau mendalami barang yang akan dibeli, atau sebagai tempat untuk bertukar informasi koleksi barang antik.
Yosep Tobing, salah satu pedagang di pasar itu menceritakan, ia sudah 12 tahun jualan di pasar itu. Ribuan barang lawas berhasil ia koleksi. “Spesialisasinya tema era 90an,” katanya saat ditemui Jabar Ekspres.
Yosep melanjutkan, para pedagang di pasar itu adalah komunitas kolektor. Mereka sengaja berkumpul di pasar itu guna menciptakan pusat barang antik di Kota Bandung.
Biasanya Tobing mendapatkan aneka koleksi itu dari para kolektor. Baik dalam negeri maupun luar negeri. “Dari Thailand, Singapura ada,” cetusnya.
Barang – barang itu dijual dengan harga yang beragam. Tergantung kualitas, kuantitas, keunikan, dan keantikan. “Barang yang langka dan peminat banyak, maka harga makin tinggi,” urainya.
Tobing sendiri mengawali sebagai penjual barang antik karena alasan hobi. Awalnya sekedar untuk koleksi pribadi. Tapi barang itu lama kelamaan menumpuk dan banyak. Sehingga ia turut membuka kios di pasar itu.