JABAR EKSPRES – April Mop yang dirayakan setiap tahun pada tanggal 1 April merupakan hari yang dipenuhi dengan lelucon, canda, dan tawa. Asal-usul hari tersebut belum sepenuhnya jelas, tetapi diyakini berasal dari abad ke-16 ketika Paus Gregorius XIII menetapkan tahun baru dimulai pada 1 Januari, bukan akhir Maret. Mereka yang enggan mengikuti kalender baru ini dikenal sebagai “ikan April”.
Tradisi lelucon April Mop telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya populer selama berabad-abad, dengan banyak contoh terkenal dari sejarah.
Lelucon bisa memiliki berbagai tujuan, mulai dari mempererat ikatan sosial hingga meredakan ketegangan. Prank bisa jadi jahat atau ramah, dicintai atau dibenci, namun seringkali melibatkan unsur superioritas, kejutan, dan humor yang membuat tegang. Selain itu, lelucon bisa menjadi cara untuk memperkuat ikatan sosial, menandai seseorang sebagai bagian dari suatu kelompok, dan menciptakan ikatan persahabatan.
Namun, lelucon juga bisa meleset dan menyebabkan perasaan terluka atau bahkan situasi berbahaya. Oleh karena itu, sangat penting untuk mempertimbangkan dampak potensial dari lelucon dan memastikan bahwa mereka tidak berbahaya atau bermaksud jahat.
Baca juga: Apa itu April Mop? Tradisi Lelucon Menyenangkan dan Perlu Bijaksana
Sejarah April Mop tidak terdokumentasi dengan baik, tetapi diyakini bermula pada abad ke-16. Bukti tertulis tertua tentang hari libur ini dapat ditelusuri kembali ke Prancis pada tahun 1564, di mana dikenal sebagai “Poisson d’Avril” atau “April Fish”. Nama ini diduga berasal dari praktik memberi julukan “Poisson d’Avril” atau “April Fish” kepada mereka yang menjadi bahan lelucon.
Perayaan ini menyebar ke Eropa lainnya, dan pada abad ke-18, telah mencapai Amerika Serikat. Pada awal abad ke-19, April Mop telah menjadi hari yang meriah dengan lelucon dan candaan antara teman, keluarga, dan bahkan orang asing.
Contoh lelucon April Mop lainnya yang terkenal adalah “Pohon Spageti”. Pada tahun 1957, BBC menyiarkan laporan palsu tentang panen spageti yang melimpah di Swiss. Laporan tersebut menunjukkan para petani sedang memanen spageti dari pohon, dan banyak pemirsa yang tertipu dan percaya bahwa menanam pohon spageti adalah hal yang bisa dilakukan.