“Dan ini sekaligus menjadi bagian dari kami untuk memulai tahun baru dengan pikiran yang jernih,” papar Komang.
Setiap ogoh-ogoh, meskipun memiliki simbol yang sama, memiliki perbedaan fisik yang menonjol, yang mengandung makna khasnya masing-masing.
Komang menjelaskan, ada ogoh-ogoh besar yang menggambarkan Raksasa Kala Rudra dan Raksasi Durga. Mereka digunakan sebagai simbol Dewi Durga.
“Yang raksasa itu sebagai simbol dari dewa Siwa yang turun ke bumi untuk melihat atau ingin bertemu dengan sapinya yaitu Dewi Durga itu,” jelas dosen Fakultas Seni Karawitan tersebut.
Di sini, lanjut Komang ogoh-ogoh dibuat oleh seorang warga Cimahi yang bernama Pak Ketut. Proses pembuatan Ogoh-ogoh Raksasi Durga hanya memakan waktu satu minggu.
“Kalau yang raksasa itu kebetulan sudah lama dibuat namun disimpan di Sesko AD, kami menarik kembali untuk diarak disini,” paparnya.
Menurut Komang, langkah ini bertujuan untuk memperkenalkan kepada masyarakat, khususnya di Kota Cimahi, agar saling memahami dan membangun toleransi.
“Ini adalah rangkaian dari kegiatan Nyepi, dimana kami disini warga Cimahi tidak semata melakukan prosesi ritual, tetapi juga pawai budaya,” ungkapnya.
Komang berharap agar perayaan Hari Raya Nyepi di Kota Cimahi tahun depan bisa lebih menarik dan meriah dari sebelumnya.
“Harapannya Pura menjadi rumah pendidikan, budaya, seni, dan keagamaan serta masyarakat juga bisa saling menghargai satu sama lain,” tutup Komang dengan salam. (Mong)