Menjelang bulan suci Ramadhan aktivitas nyekar atau ziarah kubur di Sukabumi lazim dilakukan. Hal tersebut juga menjadi momentum untuk berkunjung ke makam orang tua atau kerabat yang telah wafat.
Riki Achmad, Jabar Ekspres
Tradisi yang sudah melekat pada sebagian masyarakat Sukabumi tersebut terus dilakukan secara turun temurun, bahkan hal tersebut juga menjadi momentum untuk mengingat akan hal kematian.
Ketua Yayasan dapuran Kipahare, Irman Firmansyah mengatakan bahwa trasidi nyekar
konon sudah ada sejak lama di Sukabumi, menurutnya tradisi terebut juga sudah ada bahkan sebelum masuknya adama islam.
“Nyekar udah lama, konon sebelum islam masuk nyekar itu lebih ke sesajen bunga atau apa. Sejak Islam masuk sekarang itu cuman pake air dan bunga. Biasanya juga di tengah kuburan ada satu space untuk air jadi biar bisa sampe ke jasad, (konon begitu)”ujarnya pada Jabar Ekspres Sabtu (9/3/2024).
Irman, pengamat sejarah Sukabumi itu juga menjelaskan bahwa nyekar berasal dari kata sekar, yang identik dengan bunga atau dalam bahasa sunda adalah kembang.
“Nyekar itu dari kata sekar, jadi asumsinya proses ritual yang menybarkan atau menebarkan bunga. Jadi sekarang itu ritual yang mensucikan sesuatu dengan metode (media) nah ini dengan bunga,”ucapnya.
Menurutnya, nyekar juga menjadi tradisi selain papajar, sebab hal itu menjadi momentum untuk orang rantau pulang kampung, sebab kebanyakan makan orang tua atau saudara kebanyakan di kampung.
“Selain papajar juga ada berziarah ke kurbur orang tua atau sodara, itu juga adalah jalan untuk mudik. Jadi ada mudik awal dan mudik akhir, tapi mudik awal tidak lama hanya menyekar saja, yang lama itu nanti keteka sebelum lebaran (pulang kampung) bisa berminggu-minggu,” tutupnya. (Mg9).