“Mungkin dianggap bukan DBD, dianggap sakit maag, sakit demam. Jadi perlu diedukasi, kalau sudah minum obat, demamnya belum juga turun selama berhari-hari, maka bisa diindikasi terkena DBD, sehingga harus segera diperiksakan ke Puskesmas,” jelasnya.
Politisi PKS ini juga mengingatkan agar upaya-upaya dengan turun langsung ke masyarakat itu dapat dijalankan secara konsisten. Hal ini dilakukan agar Kota Bogor tidak masuk ke dalam status Kejadian Luar Biasa (KLB) kasus DBD.
“DBD tidak hanya menyerang pada musim hujan, pada musim kemarau pun potensi seseorang terserang DBD masih ada, belum lagi Indonesia adalah negara endemis DBD. Makanya, kita harus kerja ekstra agar jumlah warga terjangkit DBD tidak terus bertambah,” tukas Atang.
Diketahui, selama dua bulan terakhir ini kasus DBD di Kota Bogor sudah menimpa 845 jiwa yang didominasi pasien anak-anak dan dilaporkan empat orang meninggal dunia usai terjangkit DBD. (YUD)