BANDUNG, JABAR EKSPRES – Kerusakan alam karena alih fungsi lahan menjadi ancaman yang menghantui warga di Pulau Jawa. Hal itu diungkapkan dari sejumlah temuan dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Region Jawa.
Kerusakan alam karena kurang konsisten menjaga tata ruang yang ramah lingkungan itu menghadapi beragam persoalan di daerah. Direktur Eksekutif Daerah Walhi Jatim, Wahyu Eka menguraikan, permasalahan tata ruang di Jawa Timur (Jatim) turut berkontribusi dalam terjadinya sejumlah bencana di wilayah itu.
Misalnya di kawasan Kota Batu atau Malang. Kawasan itu kerap terjadi sasaran bencana banjir dan longsor karena berkurangnya kawasan hijau. Lahan hijau di perbukitan banyak disulap menjadi berbagai fasilitas properti mulai dari penginapan ataupun vila. “Bencana tidak terjadi sendiri, tapi juga diperburuk karena alih fungsi lahan,” jelasnya, Selasa (27/2).
BACA JUGA: Bung Madin: Kabupaten Bandung Dalam Zona Kegelapan
Sementara di wilayah Jawa Tengah khususnya pesisir pantai utara juga menghadapi bencana akibat tata ruang. Misal di wilayah Semarang yang terjadi penurunan tanah. “Termasuk bencana banjir di Demak, itu juga dampak salah urus tata ruang,” jelas Direktur Eksekutif Daerah Walhi Jateng, Fahmi Bastian.
Ancaman penurunan muka tanah itu juga serupa terjadi di wilayah DKI Jakarta. Direktur Eksekutif Daerah Walhi DKI Jakarta Suci Fitriah Tanjung menguraikan, penurunan muka tanah di Jakarta bisa mencapai 12 centimeter pertahun. Penyebabnya salah satunya karena pembangunan investasi properti dan infrastruktur yang kian masif.
Di Daerah Istimewa Yogyakarata (DIY), ancaman tata ruang itu banyak berasal dari pengembangan kawasan wisata. Seperti di kawasan selatan yang banyak tumbuh vila, resort, maupun tempat makan. Hal itu banyak menggusur bentang alam ekosistem karst di kawasan itu.
BACA JUGA: Dilema Pengembangan Wisata dan Hutan Konservasi Tahura Bandung
Direktur Eksekutif Daerah Walhi DIY, Dimas R Perdana menguraikan, kawasan karst di pesisir selatan DIY itu sebenarnya tidak sedikit menjadi daerah serapan dan sumber air bagi warga DIY. “Sekarang kuantitas dan kualitas air di kawasan kota juga semakin buruk,” tuturnya.