Oleh: Loviani Samrotussoliha*
PERKEMBANGAN zaman dan majunya teknologi menjadikan segala industri menjadi berkembang pesat. Salah satunya adalah majunya perkembangan dalam industri musik. Dalam dua dekade terakhir budaya korea berkembang pesat meluas secara global.
Kehadiran budaya korea cenderung diterima oleh global dan menghasilkan suatu fenomena “Korean Wave” atau disebut dengan Hallyu. Fenomena ini bisa kita jumpai di Indonesia, dan dampaknya sangat terasa terutama pada generasi milenial.
Salah satu produk Korean Wave yang sangat diterima oleh global adalah musik pop atau yang disebut dengan K-pop. Akhir dekeade 1990-an, ketika Asia mengalami krisis keuangan, Korea Selatan justru membentuk Kementrian Kebudayaan dengan departemen khusus K-pop (Putri, 2019). Kini Korea selatan berhasil membuat perekonomian menjadi berkembang yang disebabkan karena industri K-pop.
Negara Indonesia yang memiliki jumlah penduduk terbesar menjadi rumah bagi K-popers. Sepanjang tahun 2019 Indonesia berada pada peringkat 3 setelah Thailand dan Korea Selatan. (Won So, 2020).
Melihat Negara Korea yang berhasil memajukan industri K-pop secara global, apakah Negara Indonesia juga bisa memajukan industri Pop dan bisa menjadi peluang pemasok keuangan negara? Apakah Indonesian-Pop akan bisa sepopuler K-pop?
Jawabannya adalah tidak, ada 3 alasan mengapa Indonesian-Pop tidak bisa sepopuler K-pop (sekarang)
1. Standar kecantikan saat ini masih belum menguntungkan bagi Negara Asia Tenggara
2. Kontestan Negara Indonesia masih terbatas dalam menayangkan. Misal, penampilan pada media tv, youtube yang tidak menyediakan subtitle bahasa lain.
3. Tidak memiliki Global partners untuk mempromosikan lebih luas.
Artis, Seniman, Selebriti yang terkenal saat ini cenderung memiliki ciri khas dalam penampilannya yang atraktif kepada penontonnya secara global. Apa yang mereka berikan cenderung sesuai dengan apa yang diterima dalam standar industri untuk kecantikan saat ini yang mana tidak menguntungkan bagi orang Asia Tenggara.
Meningkatnya polularitas idola K-pop sejak beberapa tahun ini karena memiliki daya tarik visual yang diinginkan oleh para penonton global, hal tersebut karena orang Asia Timur dianggap memiliki visual paling menarik. (Wilkins, Chans, kaiser, 2011). Hal tersebut sejalan dengan penelitian Jusmalia Octaviani pada tahun 2022, “Fenomena ‘Colorism’ Sebagai Bentuk Stratifikasi Sosial Di Kawasan Asia Tenggara”. Dijelaskan bahwa, Kecantikan yang dimiliki Asia Timur memenuhi standarisasi secara global.