JABAR EKSPRES- Mata uang rupiah melemah tipis pada awal perdagangan, Jumat (19/1/2024), berada di level Rp15.626,5 per dolar Amerika Serikat (AS).
Dalam perbandingan dengan penutupan perdagangan Kamis (18/1/2023) sebesar Rp15.624 per dolar AS, rupiah melemah sebanyak 3 poin atau 0,02 persen, seperti yang dilansir oleh Bloomberg.
Selain rupiah, mata uang bath Thailand juga mengalami pelemahan sebesar 0,01 persen, sedangkan dolar Hongkong dan yen Jepang masing-masing melemah sebesar 0,01 persen dan 0,13 persen.
BACA JUGA : Investasi di Smart Wallet Indonesia, Modal Sejuta Setahun Jadi Semilyar, Apa Masuk Akal?
Sementara itu, mata uang yang menguat meliputi ringgit Malaysia yang menguat sebesar 0,08 persen, yuan China 0,02 persen, rupee India 0,02 persen, won Korea 0,18 persen, dan peso Filipina 0,03 persen.
Menurut pengamat pasar uang Ariston, rupiah masih berpotensi melemah terhadap dolar AS, terkait dengan ketegangan di Timur Tengah. Ariston menyatakan, “Rupiah kemungkinan akan tetap melemah dan berada di atas Rp15.600 per dolar AS.”
Analisisnya mencatat bahwa data klaim tunjangan pengangguran mingguan AS menunjukkan jumlah klaim yang lebih rendah dari ekspektasi pasar, yakni 187 ribu dibandingkan dengan 207 ribu, mendukung keyakinan bahwa Bank Sentral AS tidak akan tergesa-gesa melakukan pemangkasan suku bunga.
Selain itu, tingkat imbal hasil obligasi AS, khususnya tenor 10 tahun, menunjukkan kenaikan, tetapi pada pagi ini sudah berada di kisaran 4.16 persen, dibandingkan dengan pagi sebelumnya yang berada di sekitar 4.05 persen.
BACA JUGA : Kemenkumham Buka 8 Formasi CPNS 2024, Termasuk untuk Lulusan SMA
Ariston menyimpulkan bahwa ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan AS mungkin sudah diperhitungkan oleh pelaku pasar, dan karena pasar telah mengantisipasi penurunan suku bunga acuan AS pada tahun ini, penguatan dolar AS mungkin akan terbatas.