Kondisi ram yang terlalu curam tentu akan menyulitkan bagi disabilitas. Utamanya pengguna kursi roda. “Yang bantu dorong juga capek, dan membahayakan juga,” tuturnya.
Opsi lain pembangunan JPO adalah dilengkapi dengan lift. Namun, fasilitas itu juga perlu dijaga. Karena yang sering terjadi para disabilitas juga berebut dengan pengguan lain yang kondisinya lebih beruntung atau normal.
Menurut Ogest, semestinya para disabilitas bisa diajak duduk bersama dalam perencanaan pembangunan infrastruktur yang akan dibangun. Sehingga infrastruktur yang dihasilkan benar-benar relevan dengan apa yang dibutuhkan para disabilitas. Tidak justru tambal sulam atau terpaksa dibongkar dan dibangun ulang. Hal itu bisa lebih boros anggaran.
“Harapannya, kami-kami ini juga dilibatkan dalam setiap pembangunan infrastruktur dari perencanaan,” kata pria yang juga pejuang Guillaine Barre Syndrom (GBS) itu.
Ogest menambahkan, sejauh ini terkait pembangunan JPO Lapangan Gasibu Monju, pihaknya juga belum pernah diajak duduk bersama. “Kami harap bisa dilibatkan, sehingga nanti jangan sampai harus dibongkar atau dibangun ulang,” tuturnya. (son)