JABAR EKSPRES – Baru-baru ini, Roy Shakti, seorang pakar kartu kredit, telah membahas sebuah aplikasi kontroversial yang mulai mengemuka di Indonesia. Melalui sebuah video pendek yang diunggah di media sosial Facebook pribadinya, Roy mengungkapkan kecurigaannya terhadap Smart Wallet, sebuah aplikasi yang diduga terlibat dalam skema ponzi.
Dalam video tersebut, Roy menyoroti berbagai kejanggalan yang terlihat dalam fungsionalitas aplikasi ini. Roy menyatakan keheranannya terhadap fakta bahwa sebuah aplikasi yang semestinya hanya berfungsi sebagai dompet mata uang digital dapat menghasilkan keuntungan melalui model pemasaran Multi Level Marketing (MLM).
Baca juga : Waspada Investasi Maersk, Wajah Baru Skema Ponji?
Menurutnya, keuntungan dari Smart Wallet tidak terlihat jelas dan mirip dengan skema penipuan seperti accel group, Jombingo, atau FEC.
Dalam penyelidikannya, Roy menampilkan cuplikan seorang pria dari Semarang, Jawa Tengah, yang mempromosikan Smart Wallet. Pria tersebut mengklaim telah mendapatkan Rp1 juta dalam waktu satu jam melalui aplikasi tersebut.
Meskipun pria tersebut mengatakan bahwa Smart Wallet memiliki status internasional dan izin di Indonesia sedang dalam proses, Roy tetap skeptis. Roy juga mengungkapkan temuannya terkait promosi aplikasi yang melibatkan seorang individu bernama Aaron Hamilton, yang disebut sebagai CTO Smart Wallet.
Namun, setelah penelusuran lebih lanjut, Roy menemukan bahwa orang yang muncul dalam video promosi adalah Mr Jonas, seorang Co-Leader dari Superpi, mata uang digital asal China yang telah mati pada tahun 2022. Selain itu, CTO sebenarnya dari Smart Wallet bernama Sano, seorang pemilik toko pakaian di China.
Baca juga : Apakah Aplikasi BBH Indonesia Masih Terbukti Membayar atau Hanya Modus Penipuan?
Semua temuan ini membuat Roy semakin meragukan keberlanjutan dan kebenaran dari Smart Wallet. Dengan latar belakang yang mencurigakan dan kurangnya informasi profil mengenai pemilik Smart Wallet, Roy mengecam aplikasi ini sebagai potensi ancaman bagi komunitas kripto Indonesia.
Artinya, warga Indonesia perlu meningkatkan kewaspadaan mereka terhadap aplikasi semacam Smart Wallet yang mungkin terlibat dalam kegiatan penipuan di dunia kripto.