BANDUNG, JABAR EKSPRES – Rencana pembangunan Jembatan Penyebrangan Orang (JPO) antara Monumen Perjuangan dan Lapangan Gasibu mendapat respon dari pejuang dan pegiat disabilitas. Meski belum pasti kapan mulai dibangun, namun diharapkan JPO yang dihadirkan bisa ramah disabilitas.
Aktivis Severe and Profound Impairment Collective Empowerment (SPICE) Indonesia, Ogest Yogaswara mengungkapkan, pihaknya menyambut baik rencana pembangunan JPO itu. Namun, ia memiliki harapan besar bahwa JPO yang tidak jauh dari Gedung Sate itu bisa benar-benar ramah disabilitas.
“Jadi ramah secara aksestabilitas maupun keamanan bagi disabilitas. Utamanya para pengguna kursi roda,” terangnya kepada Jabar Ekspres, Jumat 5 Januari 2024 petang.
Ogest menguraikan, sejauh ini masih belum dijumpai pembangunan JPO di Kota Bandung yang benar-benar ramah disabilitas. Ia mencontohkan, kadang dalam pembangunan JPO sudah menggunakan ram atau bidang miring. Tapi, sayangnya ram tersebut terlalu curam.
Kondisi ram yang terlalu curam tentu akan menyulitkan bagi disabilitas. Utamanya pengguna kursi roda. “Yang bantu dorong juga capek, dan membahayakan juga,” tuturnya.
BACA JUGA: Keluarga Setia Menanti Proses Evakuasi Korban Kecelakaan KA di Cicalengka
Opsi lain pembangunan JPO adalah dilengkapi dengan lift. Namun, fasilitas itu juga perlu dijaga. Karena yang sering terjadi para disabilitas juga berebut dengan pengguan lain yang kondisinya lebih beruntung atau normal.
Menurut Ogest, semestinya para disabilitas bisa diajak duduk bersama dalam perencanaan pembangunan infrastruktur yang akan dibangun. Sehingga infrastruktur yang dihasilkan benar-benar relevan dengan apa yang dibutuhkan para disabilitas. Tidak justru tambal sulam atau terpaksa dibongkar dan dibangun ulang. Hal itu bisa lebih boros anggaran.
“Harapannya, kami-kami ini juga dilibatkan dalam setiap pembangunan infrastruktur dari perencanaan,” kata pria yang juga pejuang Guillaine Barre Syndrom (GBS) itu.
Ogest menambahkan, sejauh ini terkait pembangunan JPO Gasibu, pihaknya juga belum pernah diajak duduk bersama. “Kami harap bisa dilibatkan, sehingga nanti jangan sampai harus dibongkar atau dibangun ulang,” tuturnya. (son)
BACA JUGA: Wacana Pengurangan 50 Persen Produksi Tambang di Parung Panjang