Jabar Ekspres – 36 anggota Perkumpulan Sepakbola (PS) Kota Bandung menolak bergantinya hari jadi Persib menjadi 5 Januari 1919. Mereka menilai, Persib merupakan tim yang benar-benar lahir pada 14 Maret 1933.
Perlu diketahui, alasan utama Persib melakukan penelitian terkait hari jadi dikarenakan tak sinkronnya hari lahir tim kesayangan masyarakat Jawa Barat dengan awal berdiri nya Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI).
PSSI sendiri lahir pada 19 April 1930 lewat kongres yang diselenggarakan di Yogyakarta. Namun sebagai salah satu tim yang ikut mendirikan organisasi tersebut, Persib baru lahir pada 14 Maret 1933.
Salah satu perwakilan PS Kota Bandung sekaligus pemilik SSB Ikatan Pelajar Indonesia Geger Sunten (IPI GS), Taufik Faturohman menilai bahwa yang ikut mendirikan PSSI bukanlah Persib. Melainkan organisasi sepakbola yang bernama Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (BIVB) ataupun Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung (PSIB).
BACA JUGA: Persib Berganti Hari Jadi, Warganet Malah Bahas Tato 1933: Kumaha?
“Katanya Persib ikut mendirikan lahirnya PSSI Tahun 1930. Tapi kan yang ke sana mah bukan Persib, bukan Persija, bukan Persebaya, itu namanya masih kebelandaan. Baru tahun 1993 (Persib) berdiri,” kata Taufik, kepada awak media beberapa waktu lalu.
Menurutnya, didasari hal tersebut, pengklaiman PT. PBB perihal hari lahir Persib yang jatuh pada 5 Januari 1919 sudah terbatahkan. Dirinya mengingatkan, Persib tak boleh main-main akan hal ini.
“Itu udah terbantahkan. Jadi, ulah ngahudangkeun maung nu keur sare lah (Jangan membangunkan maung yang lagi tidur),” ungkapnya.
Di sisi lain, adanya benang merah antara BIVB, PSIB, dan Persib mengindikasikan bahwa awal berdirinya Persib jauh sebelum 14 Maret 1933.
Ketua Peneliti Hari Jadi Persib asal Universitas Padjajaran, Kunto Sofiyanto mengungkapkan, dalam pencarian menemukan hari lahir Persib, ditemukan adanya pembentukan BIVB yang dimuat pada Selasa, 7 Januari 1919.
Dirinya menilai bahwa peresmian tersebut terjadi pada hari Minggu tepatnya 5 Januari 1919. Hal tersebut berkenaan dengan adanya perayaan yang tak mungkin dilaksanakan pada hari Senin, 6 Januari 1919.
“Terbitanya itu Selasa, berarti kan karena koran itu biasanya memberitakan sesudah, Kami berdikusi dan saya yakin itu Hari Minggu, tidak mungkin Senin. Kami mencari bukti pendukung yang kuat” katanya.