Cerita Pengolah Air Nira yang Enggan Tergerus Zaman

Yanuar Baswata, Jabar Ekspres

SUMEDANG – Ketimbang sebatas tumbuh di area hutan, lebih baik diolah menjadi produk konsumtif juga bernilai ekonomi. Tak hanya disulap sebagai minuman isotonik alami. Ternyata pohon enau juga bisa diolah jadi gula aren yang terbuat dari bahan baku air nira.

Hampir semua bagian fisik pohon aren atau enau (Arenga pinnata Merr) bisa diolah. Mulai dari akar, batang, daun, buah muda, nira serta pati atau tepung dalam batang dapat dimanfaatkan dan memiliki nilai ekonomi.

BADANNYA sudah nampak kurus dan keriput. Namun tak membuat patah semangat berikhtiar. Orangnya sederhana, tapi tetap berbagi ilmu dan peduli lingkungan. Baginya bekerja di masa tua bukan halangan. Sebab umur hanyalah angka. Namanya Tardin (63), tidak ada pepanjangnya. Meski pendek tapi mempunyai mimpi panjang. Yaitu mempertahankan teknik turun-temurun keluarga dalam mengolah air nira. Supaya bisa tak tergerus zaman serta terus bermanfaat untuk masyarakat banyak.

Tardin asal warga Desa Sawahdadap, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang. Dia tinggal di rumah bilik bambu yang lokasinya dekat Gunung Manglayang. Tardin tinggal bersama keluarganya yang juga turut mengambil air nira untuk dikelola. Daerah tempat tinggalnya pun cukup strategis, di atas perbukitan yang didominasi pepohonan.

“Saya mengelola air nira sudah dari usia SD (sekira usia 6 atau 7 tahun). Ikut-ikut bapak saya naik turun gunung mengambil air nira,” kata Tardin kepada Jabar Ekspres di kediamannya.

Sudah seumur hidupnya Tardin menekuni olah air nira. Baginya itu merupakan kebutuhan sehari-hari. Untuk menyambung perekonomian keluarga. Terlebih menghemat memanfaatkan kekayaan alam atas anugerah Tuhan.

“Dari generasi ke generasi keluarga saya mengelola air nira. Saya generasi ke-6 dan saya turunkan teknik pengolahan air nira keluarga ke anak saya,” ucapnya sambil menuangkan air nira yang baru disadap dari pohon enau.

BACA JUGA: Pengakuan Artis Vito Valnino Korban Aplikasi Penghasil Uang Simonida Media, Rugi Hingga Puluhan Juta

Mengenakan baju biru tua berlengan panjang serta sarung motif kotak-kotak warna hijau, Tardin duduk lesehan di Gazebo depan rumahnya. Dijelaskan, saat ini jumlah pohon enau yang bisa dia sadap air niranya hanya 3 sampai 6 pohon dalam satu hari. Karena usia yang mulai senja, Tardin kerap dibantu sang anak dalam mengambil air nira dari pohon, sebab selain jarak menuju hutan yang cukup jauh, pengambilan air nira pun tak membutuhkan energi yang cukup besar.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan