JABAR EKSPRES – Operasi pasar murah yang diadakan Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung melalui Dinas Perdagangan dan Perindustrian, termasuk lintas instansi lain, nyatanya memberi dampak miring terhadap para pedagang pasar.
Seorang pedagang beras, Sofiya (39), mengungkapkan bahwa kegiatan yang semula ditujukan untuk stabilisasi harga itu, malah memberi dampak terhadap omzet dagangan yang kian menurun.
“Para pembeli tentu berkurang. Operasi pasar (punya andil) membuat terjadinya itu. Warga, kan, sekarang sudah bisa beli di kegiatan operasi pasar,” ungkap Sofiya saat ditemui Jabar Ekspres di Pasar Gedebage, Jumat, 15 Desember 2023.
BACA JUGA: Bandung Kelabakan Urus Banjir Gedebage
Dia tidak menampik bahwa omset pun semakin jatuh. “Operasi pasar justru tidak menurunkan harga. Ada juga omset turun sampe 30 persen,” tambahnya.
Sofiya menuturkan, kendati begitu saat ini harga beras tengah stabil. Berada pada kisaran harga Rp13.500 – Rp14.000 per kilogram. Namun disayangkan, angka pembelian malah tidak stabil.
“Tapi yang belanja enggak ada. Soalnya kebutuhan (terpenuhi) ada operasi pasar. Di operasi pasar harganya lebih rendah. Pasti larinya (pembeli) kesitu,” tuturnya.
Senada dengan Sofiya, seorang pedagang daging ayam, Deni (27), menyesalkan adanya agenda operasi pasar yang digelar Pemkot Bandung. Kali ini pedagang kesulitan mendapatkan pembeli.
BACA JUGA: Pasar Murah yang Digelar Disdagin Kota Bandung Tidak Berdampak
Menurutnya, kondisi tersebut amat mempengaruhi pendapatan sehari-hari berjualan. “Itu ngaruh ke dagangan masalahnya. Di (operasi pasar) lebih murah,” sesal Deni.
Lantas dia mengharapkan bahwa agenda operasi pasar murah, bisa dipertimbangkan kembali pelaksanaannya. Termasuk pola jual beli yang setidaknya, tidak mempengaruhi para pedagang pasar.
“Terkadang, kan, yang belanja beda Rp1.000 saja sudah lari. Apalagi murah. Kalau bisa jangan seperti itu solusinya. Operasi pasar ngaruh banget. Jadi sekarang sepi,” tandasnya. (zar)