JABAR EKSPRES – Pedasnya harga cabai beberapa hari terakhir ternyata berdampak signifikan terhadap perekonomian Jawa Barat. Cabai menjadi komoditas tertinggi penyumbang inflasi di Jabar secara m-to-m pada November 2023.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat, Marsudijono mengungkapkan bahwa pada inflasi Jabar pada November 2023 secara m-to-m ada di angka 0,36 persen. Inflasi itu disumbang sejumlah komoditas.
BACA JUGA: Hadapi Nataru 2024, Dishub Jabar Matangkan Persiapan
Di antaranya, cabai merah dengan andil 0,172 persen, cabai rawit dengan 0,0638 persen, bawang merah 0,0475 persen, beras 0,028 persen, dan tarif air minum PAM 0,0277 persen. “Cabai merah yang punya andil tertinggi,” katanya, Jumat, 1 Desember 2023.
Berdasar data rekapitulasi Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jabar, pantauan harga cabai, per hari Jumat, 1 Desember 2023, di pasar-pasar tradisional di Bandung saat ini juga masih tinggi, walaupun sudah turun. Cabai merah harganya masih di angka Rp88 ribu, sedangkan cabai rawit merah masih di angka Rp97 ribu.
Marsudijono menambahkan, selain komoditas penyumbang inflasi tapi juga ada beberapa komoditas yang menjadi penyeimbang. Yakni komoditas penyumbang devlasi.
Di antaranya, bensin dengan – 0,04, daging ayam dengan -0,02, sabun cair -0,008, lalu melon -0,0065 dan kentang dengan -0,0064.
BACA JUGA: Tembus Rp100 Ribu per Kg, Harga Cabai di Bandung Barat Semakin Pedas
Menurut Marsudijono, secara trend, pertumbuhan inflasi di Jabar ada di bawah kondisi saat 2022. Artinya tim pengendali inflasi daerah sudah bekerja dengan efektif. Ia berharap kondisi itu bisa bertahan hingga akhir tahun.
Sementara itu inflasi Jabar jika dilihat secara y-on-y ada di angka 2,85 persen. Dari tujuh kota yang dicermati di Jabar, inflasi y-on-y tertinggi ada di Kota Bogor dengan 3,64 persen. Sedangkan terendah adalah Kota Bandung dengan 2,36 persen. (son)