JABAR EKSPRES – Sudah satu bulan lebih Basri Sodikin (53) tidak berjualan tahu. Harga kedelai yang sejak Agustus 2023 silam terus naik hingga sekarang, membuat dirinya bulatkan tekad untuk berhenti dari profesi yang telah dilakoni bertahun-tahun itu.
Kendaraan roda dua berlalu lalang. Sejumlah gang sempit yang berada di sekitar industri rumahan pembuatan tahu Cibuntu, Kecamatan Ciparay, Kota Bandung memang hanya bisa dilalui kendaraan tersebut. Satu per satu pengendara membawa barang dagangan berupa tahu.
Siang dengan teriknya menyorot pada setiap pundak para pedagang. Uap pabrik yang lumayan bikin gerah, ternyata tidak secuil pun mempengaruhi kegesitan perajin maupun pedagang menangani tahu-tahu yang siap dijual itu.
“Sekarang (kacang kedelai) harganya sudah sampai Rp12.800 per kilogram,” kata Basri kepada Jabar Ekspres, tak jauh dari pabrik tahu, Senin (20/11).
Kenaikan harga kedelai amat berpengaruh pada penjualan tahu sehari-hari yang biasa dia lakukan. Kondisi ini sudah dialami sejak Agustus 2023. Dia menceritakan bahwa naiknya harga terjadi secara konsisten. Tanpa ada penurunan sedikitpun. Harga semula berada di angka Rp11.000.
“Dari Agustus itu naik Rp100 dan sampai sekarang per kilogramnya Rp12.800. Bahkan sampai saya berhenti produksi tahu,” ceritanya.
Omset tidak lebih sebatas istilah ekonomi. Semenjak Agustus, dirinya hanya merasakan kerugian. Tidak ada omset sama sekali alias 100 persen merugi. Lantas pada awal November, Basri memilih untuk berhenti jualan tahu lalu memutuskan bekerja serabutan, yakni buruh atau kuli.
BACA JUGA: Ratusan Warga Purwakarta Keracunan Berjamaah, Diduga Akibat Hidangan Jumat Berkah
Namun sebelum memutuskan berhenti, Basri mengaku sempat melakukan sejumlah strategi supaya masih dapatkan untung. Diantaranya memperkecil ukuran sumber protein itu. Akan tetapi, upaya itu tak lebih sekadar memperpanjang kerugian. Nasibnya sama saja. Dia tetap menambal ongkos rugi tersebut.
Lantas, dirinya saat ini tidak lagi berdagang tahu. Hari-hari yang biasa diisi dengan memenuhi kendaraan roda duanya dengan barang dagangan, kini melompong. Dia tidak lagi mengambil dari pabrik dan menjualnya ke pasar. “Daripada nombok, mending berhenti,” jelasnya.
Senada dengan Basri, pedagang kecil tahu lainnya, Suryadi (43), mengaku kenaikan harga kedelai menyulitkan mereka untuk dapatkan untung. Guna menekan kerugian, dirinya pun terpaksa ikut menaikkan harga tahu.