Memang sudah seharusnya Identitas dan loyalitas harus terus diterapkan oleh basis pendukung manapun. Fanatisme tak boleh salah kaprah, karena pada dasarnya suporter bukan pelanggan klub. Apabila manajemen mengambil kebijakan yang dianggap merugikan cara terbaik ialah melakukan perlawanan.
Namun ditengah upaya boikot yang dilakukan oleh suporter Persib. Budaya mendukung yang telah tertanam sejak dini, mengakibatkan manajemen seakan tutup telinga terkait macam tuntutan yang dilayangkan. Pasalnya, sistem kapitalisme yang dijalankan sudah meracuni berbagai macam kalangan sehingga produk penjualan dan program yang ditawarkan oleh klub sudah laris dipasaran.
Permainan bisnis diperkuat dengan banyaknya sponsorship yang menghiasi baju tanding Persib Bandung. Hal ini memang sangat menguntungkan bagi finansial klub, namun yang dikhawatirkan ketika orientasinya malah jadi berbeda.
Berlabel nama besar, sudah cukup bagi persib untuk dapat mendatangkan banyak sponsor. Namun hal ini juga tentu harus dibarengi dengan prestasi yang baik. Terlebih, Persib terakhir menorehkan prestasi pada tahun 2014-2015
“Persib ini tim besar yang juga harus memikirkan prestasi, bukan cuma industri & bisnis. Terbukti kita juara terakhir itu di tahun 2014 & 2015, setelah itu prestasi melempem, ampir 10 tahun kita puasa gelar, berarti ada yang salah,” ungkap Anky
Selain itu, Pengenalan jargon #sauyunan #menangbersama #sepakbolauntuksemua seakan mendiskreditkan para basis suporter yang selama ini telah loyal mendukung pasukan Maung Bandung.
“Berbagai macam narasi yang dikeluarkan oleh manajemen persib mengenai “stadion aman & nyaman” malah ini yang agak menyudutkan teman2 komunitas, toh bertahun2 sebelum manajemen ini terbentuk, komunitas asik2 aja di stadion,” bebernya
Salah kaprah mungkin bisa terjadi, ini yang kemudian menjadi bukti slogan “Against Modern Football” yaitu penolakan terhadap suatu gagasan yang menyatakan bahwa perilaku harus dikontrol atau diatur.
Manajemen juga patutnya memikirkan bahwasanya klub mampu berdiri dan besar berasal dari pundi-pundi yang dikeluarkan oleh para basis suporter tersebut. Sehingga, tak salah para suporter tersebut melakukan tuntutan karena mereka pun ingin mengambil haknya dan klub bisa melakukan evaluasi.
“Kita berharap Manajemen ini ga egois, jangan karena merasa harga dirinya terinjak2 oleh bobotoh yg melakukan protes malah jadi bikin narasi atau kebijakan yang semakin mempersulit bobotoh,” pungkasnya (Dam)