Prabowo Teratas, Ganjar Naik, Cak Imin Tak Mengangkat Anies

Begitu pula saat LSN membuat simulasi Pilpres hanya diikuti tiga kandidat saja, polanya hampir sama. Prabowo Subianto masih tetap teratas  dengan elektabilitas 40,9%. Sementara Ganjar Pranowo didukung oleh 33,1% responden alias mengalami kenaikan 1,7% dibandingkan hasil survei LSN sebelumnya. Sedangkan Anies Baswedan menjadi pilihan 22,2% responden.

Dengan gambaran peta elektabilitas seperti tersebut di atas, apabila Pilprtes 2024 tetap diikuti oleh tiga capres , hampir pasti akan berlangsung dua putaran. LSN dalam survei kali ini mencoba membuat simulasi apabila Pilpres putaran kedua diikuti oleh Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo, siapa pemenangnya. Hasilnya, dalam format head to head dominasi Prabowo atas Ganjar ternyata semakin tak tergoyahkan. Prabowo dipilih oleh 53,5% dan Ganjar didukung 41,2% responden. Dalam simulasi putaran kedua ini pendukung Anies Baswedan mayoritas bermigrasi ke Prabowo.

 

Mengapa Prabowo Masih Teratas?

 

Mengapa elektabilitas Prabowo Subianto masih dominan dalam survei LSN kali ini? Berdasarkan analisis LSN, setidaknya ada tiga faktor utama yang menyebabkan kondisi tersebut. Pertama, faktor Jokowi masih merupakan variabel yang tak bisa dibantah sebagai penyebab utama sulitnya Ganjar mengejar elektabilitas Prabowo. Hingga saat ini, sebagaimana terkonfirmasi dalam survei LSN, bagian terbesar publik masih meyakini bahwa endorsement dan approval Presiden Jokowi akan diberikan kepada Prabowo. Karena tingkat kepuasan publik alias approval rating Presiden Jokowi masih sangat tinggi maka bacapres mana yang dipersepsikan publik dekat dan di-endorse Jokowi niscaya akan memperoleh bonus elektabilitas.

Kedua, bergabungnya Partai Demokrat dan semakin mantapnya dukungan dari partai-partai dalam Koalisi Indonesia Maju (KIM) sedikit banyak berefek positif bagi naiknya elektabilitas bacapres Prabowo Subianto. Berdasarkan analisis LSN, soliditas pemilih Partai Demokrat dan partai-partai anggota KIM lainnya untuk mendukung bacapres Prabowo mengalami kenaikan. Jumlah undecided voters atau pemilih galau di kalangan Partai Golkar, PAN, dan Partai Demokrat cenderung berkurang dan semakin mantap menjatuhkan pilihan pada Prabowo.

Ketiga, keberhasilan kubu Prabowo Subianto membangun strategi inklusif untuk menampung dan mempersatukan seluruh komponen bangsa. Kini semua orang, semua unsur  masyarakat  maupun   kekuatan  politik   seakan-akan  merasa  nyaman  bersama Prabowo. Prabowo tidak lagi menjadi common enemy seperti pada Pilpres 2019. Bahkan tokoh-tokoh yang sangat berseberangan secara ideologis seperti Budiman Sujatmiko dan Immanuel Ebenezer, pun kini merasa nyaman dan bangga bergabung bersama Prabowo. Banyak jenderal dan tokoh nasional yang dalam dua Pilpres sebelumnya selalu menjadi penjegal Prabowo kini banyak yang bergabung dalam barisan pendukung Prabowo.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan