Ray juga menilai bahwa pemilihan Kaesang Pangarep mengabaikan banyak aspek dalam memilih ketua umum, seperti prosedur pemilihan, waktu, syarat, dan keterlibatan anggota partai. Ia menyimpulkan bahwa PSI saat ini terkesan sebagai perusahaan keluarga yang jabatan ketua umumnya digilir bukan atas dasar pertimbangan ideal, tetapi untuk tujuan politik.
“Ini seperti orang Mandailing menyebutnya: belum masak tandan pisang, dia sudah jadi ketua umum,” tambahnya.