JABAR EKSPRES – Baru baru ini di media sosial sedang ramai mengenai fobia komitmen dalam hubungan. Siapa yang tidak menginginkan hubungan yang kokoh dan berkomitmen? Lalu bagaimana bila pasangan kamu sebenarnya mempunyai fobia dalam berkomitmen?
Dengan status yang jelas seringkali membuat perjalanan asmara menjadi lebih menyenangkan tanpa adanya keraguan yang menghantui. Namun, tidak semua orang merasa nyaman dengan komitmen dalam hubungan.
Bagi sebagian orang, wacana komitmen bisa menjadi momok menakutkan atau bahkan memicu fobia.
Baca juga : Kisah Viral di Stasiun Pasar Minggu!! Berikut Gejala Baby Blues Yang Perlu Di Waspadai
Trauma masa lalu, kecemasan, dan faktor lainnya seringkali menjadi pemicu ketakutan ini.
Mengenali Tanda-Tanda Fobia Komitmen
Apakah Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami fobia komitmen? Ada beberapa tanda yang bisa membantu Anda mengidentifikasinya:
Menjaga Jarak yang Jauh
Seseorang dengan fobia komitmen cenderung menjaga jarak dengan pasangan mereka. Mereka mematok batasan yang sulit ditembus oleh siapapun, bahkan oleh pasangan mereka sendiri. Mengapa hal ini terjadi? Menurut Rachael Pace, seorang ahli dalam hubungan, menjaga jarak memberikan rasa aman dari potensi patah hati dan membuat seseorang merasa bahwa mereka tidak menginginkan hubungan yang serius.
Menyabotase Hubungan
Ironisnya, orang dengan fobia komitmen seringkali menjadi penyebab hubungan mereka sendiri berakhir. Mereka tidak hanya menyakiti pasangan mereka, tapi juga diri mereka sendiri. Stacey Laura Lloyd, seorang penulis tentang kebahagiaan, menjelaskan bahwa ketakutan akan hubungan yang berakhir bisa membuat seseorang mengambil langkah-langkah yang berujung pada kehancuran hubungan.
Meyakinkan Diri Sendiri untuk Tidak Berkomitmen
Beberapa orang mencoba meyakinkan diri mereka sendiri bahwa mereka tidak ingin berkomitmen. Lloyd memberikan contoh bahwa alasan seperti fokus pada karier bisa menjadi pembenaran, tetapi sebenarnya bisa menghindari komitmen yang sebenarnya dibutuhkan.
Perilaku yang Obsesif
Fobia ini juga bisa ditandai oleh upaya mengontrol pasangan. Hal ini mungkin dianggap sebagai cara untuk mengatasi ketakutan akan komitmen dan menghindari patah hati. Namun, perilaku obsesif ini justru bisa merugikan pasangan dan membuat hubungan berubah menjadi toksik.