JABAR EKSPRES – Banjir bandang yang melanda Kota Derna, wilayah timur Libya, pada Senin (11/9), telah mengguncang negara tersebut seakan tsunami. Pada Rabu (13/9), diperkirakan setidaknya 6.000 nyawa telah melayang dalam bencana tersebut.
Tim SAR terus berjuang untuk menyelamatkan dan mengungsikan korban tewas, sementara ribuan orang masih dilaporkan hilang hingga saat ini. Para saksi mata melaporkan bahwa jenazah-jenazah masih berserakan di jalanan, tiga hari setelah banjir melanda, sementara persediaan air bersih semakin terbatas.
Upaya penyelamatan dan penanggulangan bencana dilaporkan berjalan lambat, yang sebagian disebabkan oleh kondisi politik yang belum stabil di Libya. Beberapa pihak bahkan menilai skala kehancuran akibat banjir ini jauh lebih parah daripada yang diperkirakan oleh pejabat Libya.
Baca Juga: Banjir di Libya Menewaskan 5.300 Orang dan 9.000 Orang Hilang
Menteri Penerbangan Sipil di Libya Timur, Hichem Abu Chkiouat, menyampaikan keprihatinannya, menggambarkan laut sebagai tempat pembuangan puluhan mayat dan jenazah korban banjir.
Menurut Rashad Hamed, seorang konsultan spesialis data di dana anak-anak PBB, Unicef, banjir bandang Libya terjadi karena kondisi bendungan yang telah lama diabaikan. Hujan deras dan Badai Daniel yang melanda pantai utara pada Sabtu (9/9) malam menyebabkan dua bendungan di Derna jebol.
“[Bendungan Wadi Derna] gagal mengalirkan air karena spillway-nya sudah lama tidak dibersihkan. Akibatnya, bendungan roboh dan air menyapu kota serta membuangnya ke laut,” ujar Hamed.
Para warga, termasuk mereka yang berasal dari pemerintahan Libya di timur, menggambarkan banjir ini sebagai tsunami. Tanggul yang jebol di selatan Derna menghanyutkan sebagian besar kota ke laut lepas.
Baca Juga: Pertemuan Vladimir Putin dan Kim Jong-un Bahas Hal-Hal Penting, Apa Saja?
“Kami terkejut melihatnya. Itu seperti tsunami,” kata Hisham Chkiouat kepada BBC. “Sebuah kota besar telah hancur. Ada sejumlah besar korban yang bertambah setiap jam,” tambahnya.
Rekaman video memperlihatkan banjir melanda kota, diikuti oleh mobil-mobil yang terombang-ambing tak berdaya terbawa arus. Hampir seluruh bangunan yang dilalui oleh banjir hancur.
Raja Sassi, seorang warga yang selamat bersama keluarganya, menggambarkan awalnya mereka hanya mengira itu hujan lebat, tetapi kemudian mendengar ledakan besar dan bendungan itu meledak.