JABAR EKSPRES – Masyarakat Bandung bakal terdampak musim kemarau dengan efek fenomena El Nino, pada sepanjang tahun ini. Dengan status penurunan pada awal tahun 2024.
Hal tersebut diungkapkan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kota Bandung, menanggapi fenomena kemarau El Nino yang terjadi sejak Agustus lalu.
Bagian Data dan Informasi BMKG Kota Bandung, Neneng menyebutkan, fenomena El Nino akan terus dirasakan warga Bandung hingga akhir tahun.
“Puncak El Nino, include satu bulan (Desember) saja. Kalau dilihat dari grafiknya, pada Desember 2023 puncaknya. Lalu menuju lemah saat masuki Januari-Februari 2024,” sebut Neneng kepada Jabarekspres, Senin (11/9).
Di Kota Bandung, lanjutnya, tentu saja terutama untuk wilayah sumber airnya yang kurang di luar El Nino, saat ini akan mengalami kekurangan yang signifikan.
Selain ketersedian air bersih maupun rumah tangga, El Nino pun dapat mengancam kesehatan masyarakat. Terlebih penderita penyakit infeksi saluran pernapasan atas (ISPA). Menurut Neneng, El Nino dapat mempengaruhi hal tersebut.
“Mungkin dengan musim kemarau, kan, banyak debu dan terasa sekali. Apalagi saat siang hari. Terasa. Apalagi diperkuat dengan El Nino ini, karena dampaknya terhadap curah hujan. Ada pengurangan,” tandasnya.
Diketahui sebelumnya, jumlah penderita penyakit infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) di Kota Bandung meningkat. Hal ini didapatkan setelah Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung memonitor 80 puskesmas.
Kepala Dinkes Kota Bandung, Anhar Hadian mengungkapkan, bahkan kenaikan tersebut ada yang menyentuh angka dua kali lipat, dibanding bulan sebelumnya.
“Pada bulan Januari, kasus ISPA mencapai 14.149 kasus, Februari 14.867 kasus, Maret 15.468 kasus. April 12.800 kasus, Mei 14.079 kasus, Juni 12.885 kasus, Juli 10.231 dan Agustus 9.574 kasus,” ungkap Anhar berdasarkan data yang diterima Jabarekspres, Jumat (8/9).
“Memang itu ada kenaikan, saya cek ke puskesmas yah ada. Ada yang dua kali lipat dibanding bulan sebelumnya, rata-rata ISPA dan diare ada kenaikan,” tambahnya.
Apabila dirinci, angka itu tembus mencapai 95 ribu kasus sejak bulan Januari hingga bulan Agustus tahun 2023. Adapun kasus tertinggi terjadi pada bulan Maret, Februari dan Januari yang lalu.