JABAR EKSPRES – Presiden Perancis Emmanuel Macron kembali mengukuhkan kebijakan kontroversialnya dengan menegaskan larangan penggunaan abaya oleh perempuan Muslim di sekolah-sekolah negara tersebut. Meskipun mendapat protes dari sebagian masyarakat, Macron menegaskan bahwa ia tidak akan berkompromi terkait larangan ini.
Pernyataan keras ini disampaikan langsung oleh Macron kepada wartawan setelah kunjungannya ke salah satu sekolah di wilayah Vaucluse, Perancis Selatan, pada Jumat (1/9) lalu.
“Sekolah di negara kita memiliki karakter sekuler, gratis, dan wajib. Karena sifat sekuler ini, itulah yang memungkinkan bagi keberadaan kewarganegaraan, sehingga simbol-simbol agama apa pun dilarang di dalamnya,” dikutip dari ANTARA.
Baca Juga: Korea Utara Menggelar Latihan Serangan Nuklir Taktis, Peringatkan Musuh Akan Bahaya Perang Nuklir
Lebih lanjut, Macron menjanjikan dukungan penuh bagi guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan kebijakan ini. Ia bahkan mengumumkan bahwa aparat hukum akan dikerahkan untuk memastikan penegakan larangan abaya di institusi pendidikan.
“Di sekolah menengah atau perguruan tinggi yang paling sensitif, kami akan mengirim staf khusus untuk mendukung kepala sekolah dan guru dalam dialog yang diperlukan dengan keluarga dan siswa,” tambah Macron.
Keputusan ini merupakan bagian dari sejumlah kebijakan Perancis yang membatasi pakaian Muslim, yang telah memicu reaksi keras dari negara-negara Muslim dan lembaga-lembaga internasional. Tahun lalu, anggota parlemen Perancis mendukung larangan mengenakan jilbab dan ‘simbol agama yang mencolok’ lainnya dalam kompetisi olahraga.
Baca Juga: Hari Kesadaran Sindrom Cloves, Gangguan yang Jarang Terjadi
Namun, langkah-langkah semacam ini juga mendapat kritik dari beberapa pihak di dalam dan luar Perancis. Sejumlah akademisi menganggap bahwa larangan abaya ini kontraproduktif dan seharusnya pakaian seperti abaya dapat dilihat sebagai bagian dari identitas atau busana, bukan hanya sebagai simbol agama.
Kritik tersebut juga mendapat dukungan dari beberapa politisi sayap kiri, seperti Clementin Auatain dari partai Insoumise.
Meskipun perdebatan ini masih berlanjut, kebijakan larangan abaya yang ditegakkan oleh Macron terus menjadi topik hangat dan kontroversial di Perancis.