Selain sarung, ada juga unsur Bangsa Sunda yang muncul pada Muktamar Sufi Internasional, yakni Iket Sunda.
Pada sesi utama Sidang Komisi C Muktamar Sufi Internasional yang membahas Sufisme, Ekonomi, Bela Negara dan Perdamaian Dunia, tampak Iket Sunda berwarna Hitam, muncul ditengah-tengah Peci dan Serban Putih, serta Kopiah Hitam yang dikenakan oleh para Tokoh Sufi Internasional.
Iket ini dikenakan dengan Bangga oleh Rakeyan Nuswajati Bezie Galih Manggala, Pangeran Karatwan Galuh Pakuan, yang juga merupakan Founder dan pegiat dari Nuswantara Muda dan Forum UMKM Nuswantara.
A Bezie, yang dipercaya menjadi Moderator Sidang Utama Komisi C, dan mengawal langsung Habib Luthfi yang memberikan Keynote Speech pada sidang tersebut, mantap menunjukan Identitas Sundanya ditengah-tengah semarak ragam warna budaya yang dikenakan para sufi.
“Sufisme adalah sebuah sisi dalam Islam yang mempromosikan keragaman budaya, seorang sufi akan menelaah, mempelajari, serta menjalankan dan melestarikan kearifan lokal yang dimiliki Bangsanya, ini yang diajarkan oleh Abah Luthfi pada kami. Abah Luthfi adalah sosok yang sangat mencintai budaya, beliau memperlihatkan pada kami bahwa berislam tidak harus menjadi Arab.” Ungkap Bezie.
“Bahkan, kami ditugaskan untuk mendalami dan mempromosikan ilmunya Wali Songo, yang menurut beliau, sukses mewujudkan Islam yang ramah dan dan penuh Rahmah. Hal ini beliau sampaikan saat menjawab undangan para Ulama Sufi untuk turut meredakan situasi konflik yang melanda negara-negara Islam seperti Palestina dan Syuriah.” Ungkap Bezie.
“Kami sebagai Muhibbin dan Muriddin dari para Ulama Sufi yang bernasab langsung pada darah dan ilmunya Rasulullah, tersambung pada firman-firman Allah melalui Malaikat Jibril, siap berkhidmat dan taat pada ketetapan-ketetapan Allah SWT, insya Allah.” Ungkapnya mantap.***