JABAR EKSPRES – Erwin Haryono, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI), telah mengungkapkan bahwa meskipun situasi ekonomi global penuh ketidakpastian, neraca pembayaran Indonesia (NPI) tetap dalam kondisi terjaga, mencatatkan defisit sebesar 7,4 miliar dolar AS pada kuartal II-2023. Meskipun terdapat defisit, angka ini masih dalam kendali, terutama karena cadangan devisa pada akhir Juni tetap tinggi, mencapai 137,5 miliar dolar AS.
Erwin menyatakan, “Defisit transaksi berjalan tetap terjaga rendah mengingat penurunan harga komoditas, perlambatan ekonomi global, dan peningkatan permintaan dalam negeri. Sementara itu, transaksi modal dan finansial juga mencatatkan defisit yang masih terkendali, sejalan dengan dampak dari ketidakpastian di pasar keuangan global.”
BACA JUGA: Jokowi ke Kenya dalam Rangka Kunjungan Kerja Wilayah Afrika
Selain itu, angka defisit transaksi berjalan tercatat rendah, yaitu sebesar 1,9 miliar dolar AS setelah sebelumnya terdapat surplus sebesar 3,0 miliar dolar AS pada kuartal sebelumnya. Meskipun demikian, surplus dalam neraca perdagangan nonmigas masih cukup tinggi, walaupun lebih rendah dibandingkan kuartal sebelumnya. Secara angka, ekspor nonmigas pada kuartal II-2023 mencapai 57,8 miliar dolar AS, mengalami penurunan sebesar 17,7 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 70,3 miliar dolar AS.
Erwin memandang bahwa penurunan tersebut dipengaruhi oleh ekspor nonmigas yang menurun sejalan dengan penurunan harga komoditas dan perlambatan ekonomi global. Sementara itu, impor menunjukkan penurunan yang terbatas, terutama karena membaiknya aktivitas ekonomi dalam negeri.
Namun, dalam sektor migas, terjadi peningkatan defisit dalam neraca perdagangan migas akibat kenaikan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) seiring dengan naiknya mobilitas dan kebutuhan pada periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN).
Erwin menjelaskan bahwa investasi langsung tetap menjadi pendorong utama pada kuartal II-2023, dengan mencatatkan surplus dalam arus masuk neto sebesar 3,3 miliar dolar AS. Meskipun lebih rendah dari capaian surplus pada kuartal I-2023 yang mencapai 3,9 miliar dolar AS, investasi langsung pada kuartal II-2023 masih kuat, mencerminkan persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi dalam negeri.
BACA JUGA: Tarif LRT Jabodebek Termurah Rp7.100, Bakal Beroperasi 28 Agustus 2023