JABAR EKSPRES – Intuisi adalah kemampuan untuk memahami sesuatu secara naluriah, tanpa perlu penalaran atau penjelasan secara sadar. Penggunaan intuisi terkadang disebut sebagai respons terhadap “firasat” atau “mempercayai naluri” Anda.
Ini adalah fenomena yang dialami banyak orang, tetapi dasar biologisnya masih merupakan bidang penelitian dan eksplorasi yang sedang berlangsung. Di sini, saya akan mengulas beberapa temuan biologis yang paling relevan dan menjawab pertanyaan, “Dapatkah kita benar-benar mengandalkan intuisi, atau apakah itu saran untuk kegagalan?”
Apa Kata Penelitian?
Bukti terbaru dari Universitat Pompeu Fabra, Barcelona, menunjukkan bahwa pada usia 12 bulan, bayi memiliki gagasan intuitif tentang probabilitas yang berlaku untuk peristiwa yang belum pernah dialami dan mereka menggunakannya untuk memprediksi peristiwa selanjutnya.
Para peneliti menyarankan bahwa konsep probabilitas dan sebab-akibat yang sangat sederhana, bersama dengan konsep yang diperlukan untuk membentuk epistemik yang sangat mendasar (berkaitan dengan pengetahuan atau tingkat validasinya), statistik, dan generalisasi logis hadir pada anak-anak yang sangat muda sejak usia dini.
Ini adalah kemampuan bawaan untuk membuat kesimpulan tentang hal-hal yang relevan untuk membentuk keyakinan yang akurat dan menyimpan pengetahuan baru.
Rollin McCraty dan rekan-rekannya di HeartMath Institute telah melakukan eksperimen yang mendemonstrasikan bagaimana orang merespons rangsangan yang membangkitkan emosi.
Hasilnya menarik, menunjukkan bahwa hati dan otak para peserta tampaknya menunjukkan menerima dan menanggapi informasi tentang kualitas emosional dari gambar yang disajikan kepada mereka sebelum komputer memilihnya secara acak, seolah-olah mereka menanggapi peristiwa di masa depan.
Yang lebih mengejutkan, mungkin, adalah data yang menunjukkan bahwa jantung menerima informasi sebelum otak.
“Pertama-tama terdaftar dari hati, kemudian naik ke otak (korteks emosional dan pre-frontal), di mana kita dapat secara logis menghubungkan apa yang kita intuisikan, lalu akhirnya turun ke usus (atau di mana sesuatu bergerak)” kata Rollin McCraty.
Usus dan jantung mengandung sejumlah besar jaringan saraf dan terhubung ke otak melalui saraf vagus, yang disebut sumbu usus-otak dan jantung-otak. Selain itu, kita tahu bahwa neurotransmiter dan hormon, seperti dopamin dan serotonin, dapat memengaruhi proses kognitif dan emosi. Sinyal biokimia ini mungkin juga berkontribusi pada respons intuitif kita.