JABAR EKSPRES – Pertemuan antara salah satu pentolan pejabat Niger yang terlibat dalam kudeta, Jenderal Salifou Mody, dengan Presiden Transisi Assimi Goita dan delegasi militer Niger menjadi sorotan di tengah situasi regional yang kompleks. Berdasarkan unggahan akun Kepresidenan Mali di Facebook, kunjungan Mody dan delegasinya ke Mali terjadi pada Rabu kemarin.
Melansir dari berbagai sumber dalam rilisnya, Jenderal Salifou Mody menyampaikan rasa terima kasih atas dukungan dan pendampingan yang diberikan oleh Mali sejak perebutan kekuasaan oleh Dewan Nasional untuk Perlindungan Tanah Air (CNSP), sebuah pasukan Angkatan Bersenjata. Saat ini, Mody menjabat sebagai wakil presiden dalam CNSP.
Baca Juga: Uni Eropa Ajak Negara-negara untuk Perangi Islamofobia
Pertemuan ini menjadi sorotan karena dikaitkan dengan ketertarikan delegasi kudeta Niger terhadap sekutu tentara bayaran Wagner Group. New York Times melaporkan bahwa sekitar 1.500 personel Wagner berada di Mali dan bersekutu dengan rezim militer. Mereka memberikan bantuan dalam menumpas pemberontakan kelompok Islamis di wilayah perbatasan.
Sebelumnya, Wagner Group telah menunjukkan dukungannya terhadap militer yang menggulingkan pemerintahan sah di Niger. Bos Wagner, Yevgeny Prigozhin, bahkan merayakan kudeta Niger dan menyatakan bahwa perusahaannya siap membantu situasi di negara tersebut.
Baca Juga: Hari Bir Internasional, Ini Sejarahnya!
Peristiwa kudeta di Niger pekan lalu yang dilancarkan oleh kepala pasukan pengamanan presiden (Paspampres) militer Abdourahamane Tiani telah menyebabkan kecaman internasional. Tiani menyatakan dirinya sebagai pemimpin baru Niger, namun klaimnya tidak diakui oleh komunitas internasional dan berakibat pada ancaman sanksi dari blok Afrika Barat, ECOWAS. ECOWAS mengancam akan menggunakan kekuatan militer jika Presiden Niger, Mohamed Bazoum, tidak dibebaskan. Situasi ini terus menjadi perhatian serius bagi negara-negara di kawasan.