JABAR EKSPRES – Asosiasi Kedokteran Israel, yang mencakup hampir seluruh dokter di wilayah itu, berencana menggelar aksi demo en masse sebagai bentuk protes terhadap langkah pemerintah yang meloloskan rancangan undang-undang (RUU) yang membatasi wewenang Mahkamah Agung. Demo ini direncanakan akan berlangsung pada Selasa (25/7).
Dalam pengumuman resminya, asosiasi tersebut mengungkapkan bahwa dokter-dokter dari seluruh negeri akan turun ke jalan, menyebabkan hanya unit gawat darurat dan perawatan intensif yang akan tetap beroperasi.
Melansir berbagai sumber Hagai Levine, Ketua Asosiasi Kesehatan Masyarakat Israel, mengungkapkan alasan di balik protes ini, “Sebagian besar dokter menyadari bahwa mereka tidak dapat memenuhi sumpah mereka untuk memberikan pelayanan terbaik kepada pasien di bawah kebijakan yang mengabaikan logika dan nalar.”
Baca Juga: Staf Kedutaan Besar Denmark di Baghdad Hengkang Usai Terjadi Aksi Pembakaran Al-Qur’an di Kopenhagen
RUU yang kontroversial ini bertujuan untuk mencegah Mahkamah Agung menggunakan standar “kewajaran” untuk membatalkan keputusan pemerintah, yang menimbulkan keprihatinan atas potensi dampak negatifnya pada kesehatan masyarakat dan sistem perawatan di Israel.
Dilaporkan oleh ABC News, lebih dari 1.000 dokter bahkan telah meminta pindah ke luar negeri setelah RUU ini disahkan.
Namun, protes ini tidak hanya melibatkan para dokter. Pasukan khusus militer Israel juga mengancam akan ikut mogok jika pemerintah tetap mempercepat pengesahan RUU ini. Mantan petinggi militer bahkan telah memperingatkan bahwa kesiapan perang Israel bisa terganggu akibat keputusan kontroversial ini.
Momentum protes semakin meningkat ketika empat surat kabar terkemuka di Israel menyatukan suara mereka dengan mencetak halaman depan koran dengan tinta hitam dan tulisan tegas “Hari Kelam Bagi Demokrasi Israel.”
Aktivis dan kelompok masyarakat sipil juga turun tangan dengan mengajukan petisi ke Mahkamah Agung, menyerukan pembatalan pengesahan RUU Peradilan ini.
Aksi demo telah merambah ke jalanan Ibu Kota Tel Aviv sejak Senin, di mana ratusan ribu orang memprotes langkah pemerintah. Tidak sedikit dari mereka yang membakar ban, menyalakan kembang api, dan mengibarkan bendera Israel sebagai simbol perlawanan.