JABAR EKSPRES – Wali Kota Bogor, Bima Arya kembali menyoroti sejumlah isu lingkungan, salah satunya mengenai keberadaan sampah plastik yang secara umum terbilang sulit terkendali.
Menurutnya, selain memang pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh plastik sangat banyak, jika ditelisik lebih dalam ada sejumlah faktor yang bisa dijadikan alasan utama atas sulitnya meredam timbulan sampah tersebut.
Di antaranya ada kepentingan ekonomi para pengusaha, ada kemalasan warga, termasuk faktor teknologi yang tergolong minim serta hal lainnya.
“Untuk itu diperlukan tiga faktor dalam menghadapi maupun menanganinya. Yaitu, konsistensi, edukasi dan inovasi,” kata Bima Arya dikutip Minggu, 9 Juli 2023.
BACA JUGA: Diguyur Hujan, Belasan Rumah di Kota Bogor Terendam Banjir
Ia pun mengingatkan tiga hal itu kepada semua perangkat daerah di Kota Bogor sebagai bahan renungan yang perlu diwujudkan melalui kerja nyata.
Ditegaskannya, perangkat daerah itu harus konsisten, bukan seremoni tetapi substansi, bukan juga gimmick tetapi harus dianggap sebagai sesuatu yang serius.
“Jadi bukan hanya ingin menyenangkan pimpinan atau hanya program keren-kerenan, tapi ini serius. Nomor satu itu konsistensi,” serunya.
Selanjutnya edukasi yang dilakukan tidak sekedar mengurangi sampah plastik, tetapi juga edukasi dalam mengurangi penggunaan plastik memiliki efek yang dahsyat bagi kesehatan dan kehidupan umat manusia.
Wali Kota Bogor itu memaparkan, dampak dari plastik atau sampah plastik itu terulas dalam tayangan film Pulau Plastik.
BACA JUGA: Tidak Sekedar Rekomendasi, Rudy Susmanto Sebut DPRD Siap Bantu Pemkab Bogor Tindaklanjuti LHP BPK
Dalam hal itu, tidak sedikit zat-zat mikro plastik yang terkandung dalam ikan laut yang dikonsumsi masyarakat, dan dalam jangka beberapa tahun bisa menyebabkan penyakit kanker maupun yang lainnya.
“Untuk itu edukasi yang dilakukan harus berkesinambungan. Sebab, jika tidak akan kalah oleh produsen-produsen tersebut,” tuturnya.
Ia menekankan, larangan membuang sampah plastik yang disampaikan pemerintah kepada masyarakat mestinya memberikan pesan mendalam dan melekat dipikiran warga.
“Harus diimbangi dengan langkah untuk mengelola sampah plastik menjadi sesuatu yang memiliki nilai, sehingga masyarakat menjadi paham dan sadar,” tukasnya. (yud)