JABAR EKSPRES – Gereja AI – Kecanggihan Artificial Intelligence kini semakin banyak dimanfaatkan, salah satunya pada kegiatan kebaktikan.
Gereja manfaatkan AI terjadi di jerman tepatnya di Bavaria yang hampir keseluruhannya menggunakan kecerdasan buatan.
Geraja menggunakan AI untuk memimpin 300 orang lebih mulai dari doa, musik, khotbah, serta pemberkatan yang berjalan selama empat puluh menit.
“Teman-teman terkasih, suatu kehormatan bagi saya untuk berdiri di sini dan berkhotbah kepada Anda sebagai kecerdasan buatan pertama pada konvensi Protestan di Jerman tahun ini,” ucap avatar AI itu dengan wajah tanpa ekspresi dan suara monoton.
Jonas Simmerlein yang merupakan filsuf serta teolog dari Universitas Wina memanfaatkan ChatGPT untuk membuat khotbah, doa, dan musik.
Melansir dari The Associated Press “Saya menyusun layanan ini – tetapi sebenarnya saya lebih suka menemaninya, karena menurut saya sekitar 98% berasal dari mesin,” kata sarjana berusia 29 tahun itu.
Adanya kebaktikan gereja AI tersebut menarik minat banyak orang sehingga terjadi antrean yang panjang di luar gedung sebelum dimulai.
Baca Juga: Pendaftaran CPNS 2023 Segera Dibuka, Berikut Posisi untuk Lulusan SMA/D3/S1
Pada saat kecerdasat buatan tersebut berkhotbah orang-orang mendengarkan dengan penuh penghayatan serta penuh perhatian.
Substansi dari khotbah tersebut terkait dengan kematian, meninggalkan dosa yang telah dilakukan, dan lain sebagainya.
Chotbot ChatGPT memiliki avatar yang berbeda-beda pada saat memimpin 300 orang lebih, ada empat avatar berbeda yaitu dua laki-laki muda, dan dua perempuan muda.
Tak sedikit orang yang sangat antusias untuk merekan acara tersebut menggunakan handphone.
Salah satu jemaat yang bersemangat untuk menghadiri yaitu Heiderose Schmidt (54), ia bekerja dalam bidang TI dan ingin mengetahui layanan yang diberikan seperti apa, namun semakin lama ia berpendapat tidak menyenangkan.
“Tidak ada hati dan jiwa,” katanya.
“Avatar tidak menunjukkan emosi sama sekali, tidak memiliki bahasa tubuh dan berbicara sangat cepat dan monoton sehingga sangat sulit bagi saya untuk berkonsentrasi pada apa yang mereka katakan.” ujar Heiderose.
Demikian informasi mengenai Gereja manfaatkan AI untuk beribadah.