JABAR EKSPRES – Fenomena alam El Nino yang akan berlangsung dalam waktu dekat ini menjadi ancaman serius bagi ketahanan pangan, namun kenyataannya hal itu berdampak baik bagi sektor perikanan.
“Tidak akan terlalu berdampak bagi ikan, yang kami takutkan itu malah saat cuaca ekstrem seperti hujan dan angin kencang,” ungkap petani Keramba Jaring Apung (KJA) di Saguling, Kabupaten Bandung Barat (KBB) Muslimin kepada wartawan, Selasa (30/5/2023).
Menurut dia, dari pengalamannya, selama kemarau tiba produksi ikan di KJA akan terjadi kenaikan. Berbeda dengan usaha budidaya ikan di sawah.
BACA JUGA: Terbengkalainya Halte di Bandung, Pakar Transportasi ITB Singgung Kedisiplinan Bus
“Istilahnya Minapadi budidaya ikan di sawah itu, dan pasti akan berdampak jika kemarau tiba,” katanya.
Ia mengaku, yang dikhawatirkan oleh para budidaya ikan KJA yakni saat terjadi peralihan musim kemarau ke hujan atau saat kondisi cuaca ekstrem. Pasalnya, peralihan kondisi cuaca dari musim kemarau ke hujan bisa membuat bibit-bibit ikan milik para petani KJA mati.
“Tahun lalu, puluhan ton ikan di perairan waduk Saguling dan Cirata, mengalami mati mendadak karena cuaca buruk tersebut,” tuturnya.
“Kalau kemarau kondisi air hangat. Justru, kondisi itu yang kami manfaatkan,” tambahnya.
Selain itu, sambung Muslim, faktor lain yang paling dikhawatirkan dalam budidaya KJA ini adanya limbah pabrik.
Namun, sambung dia, seusai adanya program Citarum Harum para budidaya ikan di KJA Saguling bisa bernafas lega lantaran penanganan limbah dilakukan secara masif.
“Kalau dulu, waktu banyak limbah cuaca panas pun bisa berdampak besar. Bahkan, kerap merugikan petani karena banyaknya ikan yang mati,” ujarnya.
Meski begitu, ia berharap, kondisi cuaca bisa tetap stabil agar usaha budidaya KJA di Saguling bisa tetap berjalan.
“Mudah-mudahan aja El Nino ini tidak berdampak terhadap para petani di KJA Saguling, karena usaha ini menjadi salah satu yang kami andalkan untuk memenuhi kebutuhan,” tandasnya. (Mg5).