BMKG Pastikan, Suhu Panas Ekstrim Tidak Akan Terjadi di Wilayah Indonesia

JABAR EKSPRES, BANDUNG – Merebak isu musim kemarau di Indonesia bakal dilanda cuaca panas ekstrim atau heatwave, Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) pastikan hal tersebut tidak akan terjadi di wilayah Indonesia.

Kepala BMKG Stasiun Bandung Teguh Rahayu menuturkan, kondisi panas yang akan terjadi hanya diakibatkan oleh tutupan awan yang lebih sedikit dibandingkan dengan musim penguhajan.

Hal ini menyebabkan, sinar matahari akan lebih banyak mencapai permukaan bumi yang mengakibatkan kondisi terik. Namun, terkait suhu tidak masuk kedalam kategori ekstrim

BACA JUGA : BMKG Prediksi, Bandung Raya Berpeluang Terimbas Femomena El Nino

“yang perlu dipahami adalah, pada musim kemarau tutupan awan akan lebih sedikit dibandingkan dengan muinsim hujan dan masa peralihan sehingga sinar matahari akan lebih banyak mencapai permukaan bumi” ujar Teguh Rahayu

“Hal ini nantinya kan bakal menyebabkan cuaca terasa panas terik, namun untuk suhunya tidak mencapai kategori esktrim” tambahnya.

Sebelumnya, terkait isu Indonesia bakal dilanda cuaca ekstrim atau kejadian heatwave, pihaknya tidak pernah mengeluarkan statement terkait hal tersebut. Karena pada dasarnya, kondisi seperti itu tidak akan terjadi di wilayah Indonesia.

BACA JUGA : Korban Cipaganti Masih Resah, Eksekusi Putusan MA Belum Jelas!

“Perlu dipahami juga oleh masyarakat bahwa BMKG tidak pernah mengeluarkan warning atau peringatan dini terkait panas ekstrim” katanya

“Karena berdasarkan pengamatan yang dilakukan, panas ekstrim seperti kejadian heatwave tidak terjadi di Indonesia.” jelasnya.

Tak lupa Teguh menghimbau, dalam menghadapi musim kemarau yang diprediksi lebih lama dibanding biasanya. Masyarakat dan instansi terkait harus lebih sigap, dalam mengoptimalkan segala kebutuhan di akhir musim penghujan.

“BMKG juga mengimbau kepada Pemerintah Daerah (Pemda) dan masyarakat untuk dapat lebih optimal melakukan penyimpanan air pada akhir musim hujan ini” ungkapnya.

“Hal ini agar pada puncak musim kemarau, masyarakat bisa lebih siap menghadapi bencana hidrometeorologis yang mungkin terjadi” pungkasnya. (Mg1)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan