Jabar Ekspres – Buya Hamka yang bernama lengkap Abdul Malik Karim Amrullah dikenal sebagai sastrawan, budayawan, dan ulama Indonesia.
bagi sebagian masyarakat Indonesia, Nama Buya Hamka sudah terdengar tidak asing. Menurut catatan sejarah, ia memegang banyak posisi penting di negara ini. dirangkum dari berbagai sumber serta profil dan perjalanan karir Buya Hamka yang bisa dikenang.
Hamka mewarisi darah seorang ulama dan pejuang yang tangguh dari ayahnya yang dikenal sebagai ulama pelopor gerakan Islah (tajdid) di Minangkabau dan salah satu tokoh utama gerakan pembaharuan Islam (nama Hamka sendiri merupakan singkatan dari namanya). Namanya Haji Abdul Malik Karim Amrullah, sedangkan gelar Buya adalah nama panggilan khas Minangkabau. Kata Buya sebenarnya berasal dari kata Arab abi atau abuya yang artinya ayahku atau orang yang dihormati.
Jika banyak tokoh berpengaruh yang belajar di sekolah resmi selama bertahun-tahun, tidak demikian halnya dengan Hamka. Pendidikan formalnya hanya sampai kelas dua di SD Negeri Maninjau. Kemudian, pada usia 10 tahun, Hamka memutuskan untuk belajar agama di Sumatra Thawalib di Padang Panjang, sebuah pesantren yang didirikan ayahnya sekembalinya dari Mekkah sekitar tahun 1906.
BACA JUGA: Membanggakan, Pebalap Astra Honda Kumandangkan Indonesia Raya di ARRC Thailand
Di sekolah inilah Hamka mulai serius mempelajari Islam dan bahasa Arab. Hamka dikenal sebagai anak yang selalu ingin tahu sejak kecil. Selain di sekolah, ia menambah wawasan pandangannya dalam surau dan masjid dari beberapa ulama ternama seperti Syekh Ibrahim Musa, Syekh Ahmad Rasyid, Sutan Mansur dan R.M. Suryopranot dan Ki Bagus Hadikusumo.
Pada tahun 1924 Hamka yang masih remaja mengunjungi pulau Jawa. Di sana ia banyak belajar dari para tokoh gerakan Islam di Indonesia, antara lain Haji Omar Said Chakraminoto, Haji Fakharudin, Hadi Kesumo bahkan Rashid Sultan Mansur yang merupakan saudara iparnya sendiri.
Setelah menempuh perjalanan panjang, Hamka kembali ke Padang Panjang dan fokus memimpin Persatuan Muhammadiyah.
dikarenakan pada saat itu, Hamka tidak memiliki gelar diploma, Hamka melanjutkan studinya di Arab sekaligus mengkaji lebih dalam ilmu agama Islam ke Mekkah.