”Pengawasan pada ormas asing bisa dilakukan dengan mengatur aktivitas ormas yang berkaitan dengan kepemiluan untuk mencegah intervensi politik,” tandasnya.
Sementara itu, Wali Kota Bogor Bima Arya menuturkan, Kota Bogor seperti kota lain di Indonesia yang mempunyai modal sosial yang besar sehingga konflik vertikal dan horizontal bisa dihindarkan.
”DNA Kota Bogor tergolong yang cinta kebersamaan dalam keberagaman. Akan tetapi waktu terus berjalan dan ada dinamika sosial.
Dia menceritakan, saat dirinya masih SMA penduduk Kota Bogor hanya 400 ribu, pendatang belum banyak. Namun, saat ini ini penduduk Kota Bogor sudah mencapai satu juta dan dikelilingi penduduk Kabupaten Bogor Lima juta.
”Jadi tantangannya sama, modal sosialnya kuat tetapi ada dinamika yang berbeda, perubahan sosial ditambah ada efek global jadi harus total football,” urainya.
Bima Arya menekankan, atas kondisi saat ini hal yang paling penting yakni bisa mengidentifikasi akar persoalan itu apa. Karena walaupun setiap kota berbeda tapi ada hal yang universal.
Potensi konflik itu, sambung dia, biasanya karena tiga faktor. Di antaranya, karena kebutuhan, kepentingan dan keyakinan.
Sehingga, semakin atas levelnya akan semakin rumit. Kebutuhan itu mencakup kebutuhan ekonomi atau kebutuhan ingin didengar, solusinya cukupi kebutuhan itu.
”Terkait kepentingan, ada kepentingan suara, kepentingan politik. Ini kompleksitas tapi bisa terurai setelah duduk bersama dan ketiga keyakinan,” terangnya.
Menurutnya, jika urusan keyakinan atau ideologi ini urusan Tuhan, urusan hidup setelah mati, tidak mudah cari titik temunya.
”Tapi urusan keyakinan ini berarti dia mencari kebaikan, jadi kita cari persamaannya,” pungkasnya. (yud)