Bangkit dari Keterpurukan, Mengajar karena Bisa Lebih Paham yang Anak-Anak Butuhkan

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakan yang kamu dustakan” adalah penggalan salah satu ayat dalam surat Ar Rahman. Kitab suci umat Islam. Itu mengajarkan agar manusia senantiasa bersyukur atas nikmat yang dimiliki. Berikut juga salah salah satu fakta yang menginspirasi agar masyarakat senantiasa bersyukur atas nikmat pendengaran.

HENDRIK MUCHLISON, Kota Bandung

NAMANYA Dadi Al Islamabad atau akrab dipanggil Ustaz Dadi. Ia adalah seorang guru mengaji dengan kondisi tuna rungu. Pria 34 tahun itu biasa mengajar di Rumah Quran Isyaroh di Jalan Parakan Saat No 2 RT 04/RW 06, Cisaranten Endah, Kecamatan Arcamanik Kota Bandung.

Jabar Ekspres berkesempatan berkunjung di tempat mengaji yang terbilang sederhana untuk ukuran tempat belajar itu, Rabu (15/3). Pemilik rumah, Siti Umayah menyulap salah satu sudut ruangan rumahnya jadi tempat mengaji.

Tetapi di tempat itu nyaris tak terdengar suara, walaupun saat itu Ustaz Dadi sudah memulai kelasnya. Termasuk ada sekitar 10 anak yang masuk belajar hari itu. Maklum, anak-anak itu sebagian besar juga tuna rungu. Mereka belajar mengaji dengan bahasa isyarat.

Ustaz Dadi sebenarnya lahir dalam kondisi normal. Namun di usia 12 karena sebuah musiba ia kehilangan kesempurnaan indra pendengarannya. Saat itu iapun sempat terpuruk dalam waktu cukup lama. Hampir 11 tahun ia merenung dan menyesali kondisi itu. “Kelas XI SMP atau umur 14 tahun saya keluar sekolah. Tidak kuat belajar. Tidak nyambung yang dibicarakan guru,” kata Dadi.

Dadi menceritakan, lambat laun iapun kemudian mulai menerima keadaan. Ia kemudian mau melanjutkan belajar di sekolah istimewa di Sumedang. Di tempat itu ia makin menyadari bahwa tunarungu bukanlah hal yang buruk. Ia banyak berjumpa dengan anak-anak dengan kondisi serupa.

Semangat belajarnyapun meningkat. Hingga ia mampu menguasai beberapa keahlian. Mulai dari bidang teknologi informasi, hingga baca tulis Al Quran. Secara pribadi, Dadi juga punya semangat tersendiri untuk mengajari anak-anak tunarungu. “Saya bisa lebih paham apa yang mereka (anak-anak tunarungu) butuhkan,” cetusnya.

 

Anak Dadi Juga Tunarungu

 

Pemilik rumah sekaligus pemilik rumah quran itu menambahkan, pendirian rumah quran dan pertemuannya dengan Dadi itu didasari karena kondisi anaknya yang juga tunarungu. Sebelum bertemu Dadi, ia sudah ke berbagai daerah untuk mencarikan guru bagi anaknya yang membutuhkan pengajaran khusus. “ 2016 ketemu di Ciputat. Saat itu sama-sama jadi peserta pelatihan,” kata perempuan yang akrab dipanggil Maya itu.

Tinggalkan Balasan