Machine Learning: Solusi Efektif Industri Manufaktur Asia Pasifik

JABAR EKSPRES — Prediksi perkembangan teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan dan Machine Learning (ML) atau mesin pembelajaran akan memberikan solusi bagi industri manufaktur di Asia Pasifik sepanjang tahun 2023.

Senior Vice President and General Manager, Zebra Technologies Asia Pacific , Ryan Goh, memaparkan pemanfaatan AI dan ML berguna memudahkan perusahaan manufaktur di Asia Pasifik.

“Artificial Intelligence dan Machine Learning berguna untuk memberikan prediksi operasi yang lebih baik. Dengan demikian, dapat meningkatkan visibilitas menuju rantai pasokan,” ujarnya di Bali pada Senin (13/3).

“Selain itu, hal tersebut, menjadi jawaban dari tantangan utama perusahaan-perusahaan manufaktur di Asia Pasifik,” lanjutnya.

Goh mengungkapkan, kunci dari sistem industri manufaktur adalah hubungan dengan sifat dinamis antara Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkolaborasi dengan beragam kemampuan mesin yang bertujuan untuk peningkatan proses dan efisiensi kerja.

“Otomatisasi dalam dunia manufaktur bukan merupakan hal yang baru. Sebagaimana yang kita tahu, lokapasar mendorong berbagai macam permintaan dan mewajibkan setiap pabrik untuk bekerja lebih gesit, lincah, dan cepat,” ungkapnya.

BACA JUGA : Rp2,5 juta Saldo DANA Gratis Langsung Cair, Tanpa KTP

“Bagaimana sebuah pabrik memproduksi secara cepat permintaan dari konsumen? Bagaimana pabrik melakukan prediksi operasi yang lebih baik dan benar agar tidak memproduksi secara berlebihan? Teknologi menjadi jawabannya,” ujarnya.

Goh memaparkan lebih lanjut, problematika paling besar dalam industri manufaktur di Asia Pasifik adalah visibilitas inventaris atau faktor keterlihatan.

Maka dari itu, pentingnya menerapkan perubahan digital, percepatan teknologi, dan operasi.

Radio Frequency Identification (RFID)

“Contoh dari visibilitas perangkat manufaktur adalah adanya Teknologi RFID (Radio Frequency Identification). Hal tersebut dapat menjadikan efektivitas dalam menemukan perangkat yang lain dan membuat industri manufaktur menjadi lebih cerdas,” ungkap Goh.

Pernyataan Goh berkaitan erat dengan studi Otomotif Ecosystem Vision (2023), Zebra Technologies, yang menemukan bahwa 69 persen pembuat mobil di Asia Pasifik mengharapkan pengeluaran untuk manufaktur dan teknologi meningkat pada tahun 2023.

“Kita semua tahu bahwa, manufaktur menghadapi tantangan besar di banyak bidang. Salah satunya adalah kekurangan tenaga kerja akibat pandemi dalam beberapa tahun terakhir, yang membutuhkan waktu lama untuk pulih. Karena itulah dibutuhkan pabrik dengan sistem cerdas,” lanjutnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan