Karena bukan masalah prinsip, maka rakyat Irak mematuhi perintah tersebut. Al-Hajjaj ibn Yusuf kemudian memerintahkan agartelur yang mereka bawa dikumpulkan di teras masjid.
Al-Hajjaj terlihat sangat serius dengan perintah itu dan tampak sangat penting. Setelah semua telur terkumpul, Al-Hajjaj menyatakan tidak jadi memanfaatkan telur- telur itu dengan memberikan alasan-alasan yang masuk akal.
Dia menyuruh rakyatnya untuk mengambil kembali telur mereka masing-masing dan membawanya pulang. Tentu saja, mereka mengambil sembarangan. Telur- telur tersebut sudah saling tertukar dengan telur milik orang lain.
Setelah itu, barulah Al-Hajjaj dengan tanpa ragu me- mimpin rakyat irak dengan perlakuan yang keras. Ketika rakyatnya mendoakan hal-hal buruk terhadap Al-Hajjaj, doa mereka sudah tumpul.
Al-Hajjaj tetap sehat dan bertahan dalam waktu yang lama, sampai dua periode masa Khalifah ‘Abdul Malik ibn Marwan dan putranya, Al-Walid ibn ‘Abdul Malik.
Padahal, pada masa Al-Hajjaj, banyak doa yang di- panjatkan rakyat Irak agar Allah membinasakan pe- nguasa zalim tersebut. Konon, tumpulnya doa mereka itu disebabkan hampir seluruh rakyat Irak telah memakan telur ayam yang bukan miliknya (Ahmad Dairobi, 2008, 84-86).