Tragedi Itu Bernama Sabtu Kelabu

ACHMAD Rustandi tak menyangka bahwa peluncuran album ‘Againts Ourselves’ dari unit-nya, Beside, pada Sabtu 9 Februari 2008, berakhir memilukan. Gedung Asia Africa Cultural Center (AACC), Jalan Braga, Kota Bandung jadi saksi terjadinya malapetaka.

 

Tragedi AACC tersebut memakan korban. Sebelas orang meregang nyawa setelah kehabisan nafas akibat berdesakan. Tak sedikit korban terjatuh dan terinjak-injak. Malam itu sekaligus menjadi catatan hitam bagi skena musik underground di Kota Bandung.

 

Achmad atau akrab disapa Bebi itu, menuturkan, jumlah penonton dari konser peluncuran album tak diperkirakan bakal membludak. Terlebih, Beside merupakan ‘unit band kemarin sore’.

 

“Kami itu bukan siapa-siapa. Kami tak punya pemikiran bahwa peluncuran ini akan mendatangkan banyak orang. Cuman mengundang teman-teman komunitas dan masuk lewat undangan,” ungkap Bebi kepada Jabar Ekspres, Kamis (9/2).

 

Bahkan penabuh drum dari unit beraliran ‘cadas’ itu, memperkirakan, penonton yang hadir untuk menyaksikan peluncuran album baru mereka, tak sampai seribu orang. Melainkan 700 sampai 750 penonton saja. Terlebih kapasitas gedung AACC hanya bisa menampung sekira 1.000 pengunjung.

 

Akan tetapi, kenyatannya, pada Sabtu malam kelabu tersebut, tercatat ada sebanyak 1.500-an penonton hadir untuk menyaksikan penampilan band metal asal Ujung Berung, Kota Bandung itu. Massa membeludak. Berdesak-desakan, kepanikan massal terjadi sebabkan korban berjatuhan. Tragedi AACC tak terelakan.

 

“Penonton sudah membeludak. Di luar nalar dan pemikiran kami,” kata Bebi. “Beside tak berpikir bakal terjadi pembludakan.”

 

Situasi kian mencekam usai penonton yang tak memiliki tiket, memaksa masuk ke dalam gedung. Chaos. Sabtu malam itu benar-benar kelabu. Bebi menuturkan, disaat melihat korban yang bergelimpangan, dirinya kalut dan ‘shock’. Situasi pada waktu itu, seluruh personil sudah selesai manggung.

 

Akhirnya, mereka silih bahu membahu mengevakuasi korban. Namun sebagian tak bisa terselamatkan. Catatan hitam itupun sekaligus menjadi pelajaran. Menurutnya, skena musik underground pasca Tragedi AACC itu, makin berbenah menyoal konser dan keselamatan penonton.

 

“Menjadi pekerjaan rumah bersama. Setelah kejadian itu, segala hal dipikirkan lebih rinci lagi. Kita harus terus berkolaborasi dengan pihak berwenang dan pemerintah,” pungkasnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan