Jabarekspres – Polemik Pemilu 2024 dengan sistem proporsional terbuka atau tertutup hanya sebatas kisruh kalangan elit yang membingungkan masyarakat di bawah.
Pengamat Politik Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) Arlan Siddha menilai, banyak orang yang tidak paham mengenai apa yang diributkan para elit politik itu.
Hal ini disebabkan, pemerintah dan para politisi sendri tidak pernah memberikan pendidikan politik kepada masyarakat secara mendalam.
“Banyak orang yang tidak paham mengenai proposional terbuka dan tertutup ini pentingnya pendidikan politik dari partai politik,” kata Arlan saat dihubungi oleh Jabarekpres, Minggu (15/1/23).
Menurutnya memang ada perbedaan antara sistem proporsional terbuka dan sistem proporsional tertutup.
Jelas kalau tertutup ini khawatir kita tidak akan mengenal calon di perlemen selanjutnya, berbeda kalau terbuka.
“Tentu ada keuntungan dan perbedaan dari proposional tertutup dan terbuka. Jelas kalau tertutup ini khawatir kita tidak akan mengenal calon di perlemen selanjutnya, berbeda kalau terbuka,” jelas Arlan.
‘’Proposional tertutupkan gaya orde baru, sehingga kita agak kurang dekat dengan perlemen. Berbeda dengan proposional terbuka dimana calon perlemen wajib memenangkan pertarungan politik, kontestasi politik ini. Sehingga bila mereka bekerja tidak baik, kita mudah men-judgement mereka untuk tidak dipilih lagi pada tahun yang akan datang” sambungnya
Pemahaman politik pada masyarakat, kata Arlan, harus selesai agar tidak ada kesalahan pahaman mengenai apa itu sistem proposional terbuka dan sistem proporsional tertutup.
“Saya pikir proposional terbuka dan tertutup harus clear dan harus dikasih edukasi pada masyarakat bukan masalah berbicara kerekatannya, ada pemahaman masyarakat ditingkat bawah terkait proposional terbuka bekerja dan tertutup bekerja gitu sehingga tidak menjadi salah paham dalam hal ini,” terang Arlan.
Arlan menilai wacana perdebatan proposal terbuka dan tertutup malah menjadi masalah elit partai yang menara gading.
“Partai politik elitnya berdebat masalah proposional terbuka dan tertutup tapi masyarakatnya tidak paham, ini yang saya sayangkan,” jelas Arlan.
Arlan juga menyebut banyak partai politik yang tidak memerankan fungsinya, sehingga pendidikan politik di level bawah partai seperti di kader partai banyak yang luput.