Jabarekspres – Tiga perusahaan BUMN yang bergerak di bidang kontruksi terlibat dalam pembangunan berupa lima paket (Car Terminal Construction) Pelabuhan Patimban yang terletak di Kabupaten Subang.
Dilansir dari Website Kementerian BUMN, Ketiga BUMN itu akan patungan dengan dua perusahaan kontruksi dari Jepang yaitu TAO yang mengambil konsorsium sebesar 60 persen dan Wakachiku 10 persen.
Sedangkan ketiga BUMN yang turut mendukung dalam proyek Join Venture (JV) adalah PT Waskita Karya Tbk dengan konsorsium sebesar 16 persen, PT Hutama Karya (Persero) 8 persen, PT Brantas Abipraya (Persero) 6 persen.
Untuk Waskita Karya sendiri bertindak sebagai pemimpin kontraktor indonesia dan TAO sebagai pimpina perusahaan dari Jepang.
Untuk nilai kontrak proyek kontruksi (Car Terminal Construction) sendiri masuk ke dalam proyek strtegis nasional dengan nila Rp 3,7 triliun.
Direktur Operasi II Brantas Abipraya Purnomo mengtakan, perusahaannya memenangkan tendr proyek ini dengan berpartisipasi memberikan modal 5 persen.
Menurutnya, penandatanganan kontrak 5 pake pekerjaan sudah dilakukan pada akhir tahun 2022 bersama kementerian perhubungan mealui Direktorat Jenderal Perhubungan Laut.
Lahan konstruksi parkir yang akan dibangun tersebut nantinya akan menampung 1.500 Kendaraan Petikemas setiap harinya.
Patimban sendiri merupakan pelabuhan strategis dengan mengedepankan penggunaan teknologi dan sistem digital dalam operasionalnya.
Pelabuhan itu juga digadang-gadang akan dapat merampingkan biaya logistik nasional karena mendekatkan pusat produksi.
Keberadaa Pelabuhan Patimban untuk memangkas operasional dalam kegiatan ekspor-impor nasional dan mengurangi kepadatan pelabuhan lainnya.
Dengan adanya Pelabuhan di Jwa Barat itu, tingkat arus-lalu lintas bisa terbagi dan menjaga keselamatan pelayaran termasuk ekplorasi migas.
Jika Pelabuhan terbesar beroperasi secara penuh, maka 15 ribu kendaraan akan diekspor dari melalui Pelabuhan yang terletak di Pantai Utara Jabar itu.
Sebellumnnya, Menteri Perhubungan atau Menhub Budi Karya Sumadi mengatakan, keberadaan Pelabuhan Patimban akan berkolaborasi dengan Pelabuhan Tanjung Priok.
Keberadaan Pelabuhan Patimban akan mengurangi kepadatan alu lintas bongkar peti kemas kegiatan ekspor-impor.
Pelabuhan ini ditargetkan akan beroperasi secara penuh pada 2027 dengan kapasitas sama seperti Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
‘’Kapasitasnya sekitar 7.5 Juta TEUs peti kemas atau kontainer dan 600 ribu kendaraan per tahun,’’ ujar Budi. (yan).