“Nantinya akan ada banyak koridor, tetapi koridor pertama adalah mengelilingi Istana Kebun Raya ya. Melipir ke arah Jalan Dewi Sartika, Pengadilan dan kembali lagi ke Jalan Juanda dan Jalan Pajajaran. Dan trem ini memang moda transportasi masa depan, karena sudah melalui suatu kajian yang matang,” imbuhnya.
Wacana inovasi baru itu mendapat dukungan dari Ketua DPRD Kota Bogor Atang Trisnanto. Dia menuturkan, selama ini pihaknya menyerahkan sepenuhnya hal itu kepada Pemkot Bogor.
Meski begitu, menurutnya, jika melihat kondisi dan situasi di Kota Bogor yang ada saat ini, sebenarnya Pemkot Bogor lebih baik mengefisienkan moda transportasi yang sudah ada dengan sejumlah penyempurnaan.
Namun, seandainya memang tetap ngotot mendatangkan Trem di Kota Bogor, dia menegaskan, ada tiga catatan penting yang perlu digaris bawahi. Pertama, khususnya pada hasil studi kelayakan harus terpenuhi dan sesuai harapan masyarakat. “Baik dari sisi sosial, ekonomi, lingkungan maupun juga dari sisi teknis,” tegasnya.
Kemudian yang ke dua untuk terkait penganggaran, pihaknya menekankan, proyek tersebut tidak menyerap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Bogor.
“Jadi silahkan menggunakan dana non APBD apakah melalui investasi bussines to bussines ataukah melalui dana APBN,” seru Politisi PKS tersebut.
Terakhir dirinya meminta, jika Trem benar-benar terealisasi hadir di Kota Bogor harus terkoneksi dengan moda transportasi lainnya. Khusunya wilayah pusat plus wilayah penyangganya, jadi tidak hanya sekedar mengitari sistem satu arah (SSA) saja.
“Karena kalau tidak terkoneksi, maka nanti akan sia-sia saja hanya sekedar moda transportasi yang mungkin dalam tanda kutip sekedar ikon atau mungkin branding, tapi secara fungsi dan kegunaan tidak berjalan,” pesannya. (yud)