BANDUNG – Aliran air sungai yang ada di wilayah Provinsi Jawa Barat diduga sudah tercemar dengan kandungan mikroplastik.
Melalui informasi yang berhasil dihimpun Jabar Ekspres, tingkat kontaminasi kandungan mikroplastik air sungai di Jawa Barat sebanyak 336 partikel per 100 liter.
Data tersebut ditemukan oleh Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) 2022. Ekspedisi dari Lembaga Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah (Ecoton) ini, dilakukan untuk menguji kandungan mikroplastik di 68 sungai strategis nasional di 27 provinsi.
Penelitian yang dilakukan sejak Maret sampai Desember 2022 itu, diketahui terdapat temuan tingkat kontaminasi beragam.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat (DLH Jabar), Prima Mayaningtyas mengatakan, hasil penelitian tersebut merupakan bahan evaluasi bagi pemerintah juga masyarakat untuk lebih sadar akan pentingnya menjaga keberlangsungan lingkungan.
“Kita apresiasi hasil penelitian (Kandungan Mikroplastik) dari teman-teman Ecoton. Sebenarnya memang kalau berbicara terkait sampah plastik, ada beberapa tantangan pengelolaan dari kita,” kata Prima, Kamis 5 Januari 2023.
Diketahui, kandungan mikroplastik merupakan partikel plastik berukuran kurang dari 5 mm. Mikroplastik umumnya terkandung dalam makanan dan air yang dikonsumsi warga setiap hari dan dapat berbahaya untuk kesehatan.
Terkait penelitian Ecoton, Prima menyanggah kebenaran hasil tim ekspedisi tersebut. Dia mengakui, sampai saat ini pengelolaan sampah masih menyisakan banyak pekerjaan rumah.
Menurut Prima, perilaku masyarakat hingga fasilitas yang tidak memadai, masih harus dibenahi.
“Dari aspek perilaku masyarakat itu sudah pasti, masih saja banyak yang belum peduli,” ucapnya.
“Ini contoh paling baru di Masjid Al Jabbar itu kita sehari bisa mengumpulkan 1,9 ton sampah,” lanjut Prima.
Buang Sampah Sembarangan Sebabkan Sungai Tercemar Kandungan Mikroplastik
Dia menilai, perilaku masyarakat yang masih abai terhadap lingkungan termasuk membuang sampah sembarangan, dampaknya berpotensi besar menimbulkan air tercemar kandungan mirkoplastik.
“Perilaku seperti ini, bawa makanan terus sampahnya dibuang sembarangan, tanpa memikirkan efeknya kalau jadi mikroplastik seperti apa dan lain sebagainya,” ujar Prima.
Dia mengakui, untuk pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) saat ini masih belum ada pemilahan.
“Alokasi anggaran dari pemerintah Kabupaten/Kota tidak cukup untuk persoalan ini,” imbuh Prima.