Kenangan Masa Lampau Stasiun Padalarang dengan Segudang Cerita

Perkeretaapian dari Jakarta dan Bogor menyambung ke Priangan. Pada saat itu jalur Padalarang-Karawang juga sudah dibuka.

Hal ini merujuk pada Undang-Undang (Staadblad) 29/12/1900 no.8 (1901) pada 27 Desember 1902.

Kemudia dilanjutkan untuk jalur Padalarang-Purwakarta dan pada tahun 2 Mei 1906, Padalarang-Karawang.

Berdasarkan keterangan dari foto bergambar di buku yang ditulis oleh Sudarsono Katam pembangunan Stasiun Padalarang mulai di rancang pada tahun 1890-an dan mulai beroperasi tahun 1920-an.

Mengutip dari Heritage.kai.id, bahwa pada mulanya Stasiun Padalarang dibuka pada 17 Mei 1884 secara umum. Bersamaan dengan peresmian dengan peresmian jalur kereta api dari Cianjur-Bandung.

Jalur itu adalah bagian dari proyek pembangunan jalur kereta api pertama di Priangan, Bogor-Bandung.

Tujuan dari pembangunan jalur kereta api Bogor-Bandung adalah untuk sarana transportasi dan jalur distribusi kolonial Belanda waktu itu.

Hadirnya Stasiun Padalarang digunakan kolonial Belanda untuk mengangkut komoditas perkebunan dari tanah Priangan ke pelabuhan Sunda Kelapa, di Jakarta.

Stasiun Padalarang juga dijadikan basis pertahanan Belanda. Sebab, daerah tersebut dulunya masih kawasan pedalaman serta pegunungan.

Masih mengutip dari haritage.kai.id, dalam segi bentuk bangunan halte Padalarang dikatakan sederhana.

sebagaimana yang ditulis oleh De Jong pada buku Spoorwegstations op Java,  menyebut  halte-halte milik SS di periode awal (1878-1910) bermula berdindingkan bambu.

De Jong mengatakan, dinding bangunan dikembangkan lalu menjadi berbahan kayu ataupun kombinasi kayu dengan batu.

Besar kecil halte tergantung adanya keberadaan kantor kepala stasiun dan ruang tunggu kelas dua.

Dari Halte Padalarang ke Stasiun Bandung memerlukan waktu hampir setengah jam.

Sementara Padalarang- Bogor membutuhkan waktu tempuh sekitar enam jam lebih 15 menit pada waktu 1900-an.

Saat awal beroperasi hanya enam kali jadwal penjadwalan kereta api, yaitu sekali perjalanan Bogor- Bandung (pp).

Satu kali dari Bogor ke Cianjur (pp) dan sekali antara Cianjur-Bandung (pp). Kala itu rangkaian kereta api melaju pada kecepatan rata-rata berkisar 25 km/jam.

Sistem stratifikasi di zaman kolonial berpengaruh pada harga tiket, sebagaimana yang ditulis oleh haritage,kai,id.

Untuk perjalanan dari Bandung ke Padalarang penumpang kelas 1 (Eropa) merogoh kocek sebesar satu gulden.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan