Jabarekspres – Kekerasan dan perundungan hingga pelecehan masih sering terjadi di institusi pendidikan. Kondisi ini membuat keprihatinan tersendiri. Sebab, keberadaan institusi pendidikan sudah seharusnya memberikan pembinaan karakter dan mental kepada para siswa.
Menggapi hal ini, Peneliti Pusat Riset Gender dan Anak UNPAD, Antik Bintari berpendapat, lingkungan pendidikan nasional di Indonesia seharusnya memperhatikan langkah pencegahan, bukan hanya penanganan kekerasan saja.
“Kementerian Pendidikan bekerjasama dengan Dinas Pendidikan itu, harus melalukan bagaimana proses peningkatan kapasitas guru-guru,” kata Antik kepada Jabar Ekspres melalui seluler, Kamis (8/12).
Menurutnya, peran guru sangat penting di lingkungan sekolah, dengan tujuan para siswa bisa merasa nyaman dan tak merasa terkucilkan ketika mengalami permasalahan.
“Bagaimana awarenes terhadap isu anak dan bagaimana knowlage bisa ditransfer kepada anak, enggak bisa semua guru lakukan hal itu,” ujar Antik.
Dia mengaku, sebagai tenaga pendidik di perguruan tinggi, peran penghubung dalam mendampingi mental mahasiswa terasa sangat penting dan berdampak positif.
“Kalau di kampus ada dosen konselor, di SMP-SMA ada bimbingan konseling atau BK,” ucap Antik.
“BK ini sering jadi musuhnya siswa karena yang dianggap bermasalah berhadapan dengan BK,” lanjutnya.
Antik menerangkan, peran dan fungsi guru BK di sekolah, bisa menjadi salah satu faktor pencegahan terhadap kasus perundungan, kekerasan hingga pelecehan seksual anak.
“Guru BK ini harus bisa rutin melakukan edukasi dan sosialisasi kepada para siswa,” terangnya.
Antik menyampaikan, begitu pentingnya peran guru BK di sekolah, maka idealnya harus bisa menjadi sahabat siswa bukan musuh siswa.
“Perlu sekali memastikan yang menjadi posisi konselor atau guru BK itu memang sudah mendapatkan sertifikat, yang sudah dilatih oleh psikolog dan psikiater,” imbuhnya.
“Pengalaman saya di kampus, dosen konselor itu dilatih oleh psikolog dan psikiater dan bersertifikat,” tambah Antik.
Dijelaskannya, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim mengimbau bahwa ada tiga dosa besar dalam sisi pendidikan nasional di Indonesia yakni perundungan, intoleransi dan kekerasan seksual.
Perlunya kepedulian untuk lembaga pendidikan mulai dari paud sampai perguruan tinggi, supaya para peserta didik tak ada yang menjadi korban perundungan hingga kekerasan.