P&G Health Ajak Masyarakat Memperingati Hari Kekurangan Zat Besi sebagai Momentum Pentingnya Deteksi Risiko Anemia Kurang Zat Besi dengan Anemiameter

“Di Indonesia, prevalensi anemia sebesar 48,9% pada ibu hamil dan 38,5% pada anak di bawah 5 tahun. Bahkan lebih tinggi pada remaja usia 12-18 tahun,” katanya.

Menurutnya, anemia bisa disebabkan oleh banyak hal, dan salah satu penyebab yang paling banyak terjadi adalah akibat kekurangan zat besi.

Pemerintah telah merekomendasikan beberapa upaya pencegahan dan penanggulangan anemia yang dilakukan dengan memberikan asupan zat besi yang cukup ke dalam tubuh untuk meningkatkan hemoglobin. Masyarakat juga dihimbau untuk mengonsumsi makanan gizi seimbang, serta mengonsumsi TTD bagi remaja dan ibu hamil.

“Kementerian Kesehatan RI juga mendorong adanya gerakan aksi bergizi dalam mengupayakan konsumsi TTD menjadi bagian di sekolah terutama siswi SMP dan SMA atau sederajat,” ujarnya.

Dwi melanjutkan, “Selain beberapa upaya di atas, kami juga mendorong masyarakat untuk rutin melakukan pemeriksaan kesehatan. Terkait anemia, kami mengapresiasi inisiatif P&G Health atas komitmen terus-menerus dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya deteksi risiko gejala anemia.”

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Perhimpunan Hematologi & Transfusi Darah Indonesia (PHTDI), Dr. dr. TB. Djumhana Atmakusuma, SpPD-KHOM menjelaskan, Kurang darah atau anemia adalah kondisi ketika jumlah sel darah merah dan kadar hemoglobin menurun.

“Salah satu jenis anemia adalah anemia kekurangan zat besi yang dapat memengaruhi siapa saja, tetapi anak-anak, orang tua, dan wanita dengan usia reproduksi yang mengalami menstruasi dan kehamilan termasuk kelompok yang paling rentan. Kondisi tubuh seperti hamil, pendarahan, menstruasi yang berlebihan, hemoroid, dan gastritis juga dapat menyebabkan tubuh mengalami kekurangan zat besi dan apabila tidak diatasi dapat menjadi anemia kekurangan zat besi.”

Djumhana menambahkan, “Kekurangan zat besi dapat membatasi pengiriman oksigen ke sel, mengakibatkan sering kelelahan, tidak produktif, dan penurunan imunitas tubuh.”

Maka dari itu, lanjut dr. Djumhana, menjaga keseimbangan zat besi dalam tubuh sangat penting bagi kesehatan, sebagai salah satu cara untuk mengatasi kelelahan dan anemia.

“Manajemen dengan pemberian suplemen zat besi juga penting diberikan sebagai terapi simptomatik apabila diagnosis anemia kekurangan zat besi telah ditegakkan. Namun, tetap perlu untuk mencari dan mengatasi penyebab anemia itu sendiri,” lanjutnya.

Tinggalkan Balasan