”Sebagai point penting, memang kegempaan di Sesar Lembang ini kalau dari data yang kami punya memang cukup minim gempa, sehingga potensi untuk terjadi gempa yang besar memang cukup tinggi,” beber Virga.
Dia menjelaskan, gempa menimbulkan beberapa efek, yaitu primer dan sekunder. Efek primer dari gempa berupa guncangan dan efek sekundernya bisa menyebabkan robohnya bangunan, likuifaksi seperti di Palu, longsor serta menyebabkan penurunan muka tanah dan lain sebagainya.
”Yang perlu masyarakat ingat pada saat terjadi gempa, bila berada di bangunan tinggi berlindung di bawah meja atau bagian-bagian kuat gedung. Jika setelah gempa mulai mereda, pastikan masyarakat paham jalur evakuasi, itu yang sangat penting. Harus mengetahui pada saat sebelum terjadi gempa, kita memasuki suatu daerah harus aware kondisi sekitar,” ungkapnya.
Berdasarkan peta shakemap yang sudah dibuat tim BMKG untuk potensi kegempaan sesar Lembang, daerah terdampak jika terjadi guncangan antara lain Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Bandung Barat dan wilayah Purwakarta. Daerah-daerah itu memiliki potensi dampak kerusakan ringan dengan skala 6-7 MMI.
Untuk diketahui, Sesar Lembang kembali menjadi pembicaraan publik usai gempa mengguncang Cianjur, pada Senin (21/11) sekitar pukul 13.21 WIB. (bbs)