“Saya tidak bilang mengikir besi itu tidak penting untuk jurusan Teknik Mesin, maupun contoh pelajaran tertentu lainnya di sekolah dan kampus,” kata dia.
“Tapi apa iya belajar mengikir besi harus 100 jam? Belajar Matematika harus puluhan jam setiap minggu? Cukup sebentar saja, sambil ditumbuhkan passion plus soft skillnya (karakter). Kalau senang pasti akan dilanjutkan sendiri,” ajak Wikan.
Tips Menumbuhkan Passion bagi Pelajar
Dalam seminar tersebut, Wikan Sakarinto membagikan tips bagaimana menumbuhkan passion bagi pelajar. Dengan tujuan untuk meningkatkan kecerdasan sekaligus karakter pelajar.
1. Padatkan Kurikulum Hardskill
Berkaca dari pengalaman mengikir besi yang dialami Wikan selama kuliah, Wikan memandang bahwa pelajaran hardskill (teknis) seperti itu bisa dipersingkat dan dipadatkan.
Wikan menyarankan pelajaran seperti itu diletakkan di semester paling awal. Sehingga di semester selanjutnya, pelajar berkesempatan untuk mengembangkan diri sesuai passion, sekaligus memperkuat karakternya.
“Materi dasar umum, teknis, kalau kuliah sebisa mungkin dimampatkan dua, tiga, atau lima semester. Sehingga di semester selanjutnya pelajar bisa mengeksplorasi diri tapi tetap sudah memiliki bekal yang cukup,” ungkap Wikan.
2. Kembangkan Pembelajaran Berbasis Proyek dan “Teaching Factory”
Belajar tidak harus dari dalam kelas. Wikan sendiri sebagai dosen, kini juga mengembangkan perusahaan yang terintegrasi dengan kampus.
Mahasiswa diajak untuk mengerjakan proyek manufaktur sekaligus memasarkan proyek itu sendiri. Omzetnya ungkap Wikan sangat besar, mencapai dua miliar per bulan.
Integrasi inilah yang disebut Wikan sebagai konsep Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) dan Teaching Factory. Konsep ini ungkap Wikan baru pertama kali dilakukan di Indonesia olehnya.
Selama ini sudah banyak mahasiswa mengerjakan proyek, namun proyeknya merupakan penugasan dari dosen. Bukan atas inisiatif sendiri.
“Jadi di kampus kami, mahasiswa malah untung. Kuliah sambil kerja dan digaji, dan selama mereka kuliah, proses pekerjaan itu juga dihitung sebagai proses pembelajaran,” kata dia.
“Daripada mengikir besi tanpa tujuan seperti saya dulu, lebih baik mengikir besi yang hasilnya bisa dijual”.
“Pelajar jadi punya tujuan, bahkan seperti yang saya ceritakan tadi, bahkan tidak mau pulang dari kampus!,”ungkap Wikan.